MENINGKATKAN KONTRIBUSI KARYAWAN MELALUI BAYARAN
Pertemuan tanggal 11 Desember 2012 adalah
pertemuan terakhir penyampaian yang membahas materi mengenai keputusan struktur
gaji, meningkatkan kontribusi karyawan melalui bayaran dan tunjangan karyawan.
Namun pada pertemuan kali ini bapak Fathul lebih memfokuskan pada materi
meningkatkan kontribusi karyawan mekalui upah/bayaran. Seperti biasa, sebelum
penyampaian materi diawali dengan quis, Alhamdulilah saya mendapat nilai B.
Setelah quis, bapa Fathul kemudian menjelaskan materi. Sebagai materi akhir
dari mata kuliah manajemen dan pengembangan sumber daya manusia, bapak Fathul
kembali mengingatkan mengenai inti dari belajar manajemen sumber daya manusia
(MSDM).
Manajemen
sumber daya manusia pada intinya bertujuan mengelolah atau mengatur kinerja
manusia atau karyawan agar sesuai sasaran perusahaan, melalui proses planing, pelaksanaan dan evaluasi.
Setiap organisasi memiliki tujuan yang nantinya mengarahkan untuk memanaje
kinerja karyawan agar mendukung pencapaian tujuan organisasi. Tujuan organisasi
ini bersifat abstrak, maka itu perlu upaya pengkonkritan. Upaya pengkonkritan
tujuan ini diantaranya yaitu dengan menjelaskan tujuan ke dalam bentuk sasaran
dan pogram kerja. Dalam menerjemahkan tujuan kita harus berhati-hati, jangan
sampai salah mengartikulasikan. Apabila salah dalam menginterpertasikan tujuan,
maka berdampak pada perilaku dan pemikiran yang berbeda bahkan berlawanan
dengan tujuan organisasi.
Sebagai
contoh kasusu nyata adalah pengartian visi UGM. UGM memiliki visi menjadi
universitas internasional yang unggul. Arti internasional bagi setiap orang
atau bagaian universitasa berbeda-beda. Ada yang mengartikan internasional berarati
harus mengiktui semua aturan internasional, ada yang mengartikan internasional
berarti membawa Indonesis ke kancah internasional dan arti yang lain. Arti
internasional saat ini di UGM yaitu menggunakan aturan yang ada di internasional,
seperti standar mutu ISSO yang berasal dari Eropa. Bila ditelaah lebih lanjut,
hal itu merupakan suatu bentuk pemborosan dana. ISSO didapatkan dengan dana
yang besar, yang nantinya mengalir ke lembaga yang menyelenggarakannya. Fakta
yang ada menunjukkan masih ada kebingungan dan kesalahan dalam mengartikan
tujuan UGM. Bila dibiarkan maka akan berdampak pada langkah kerja setiap
karyawan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu kejelasan arti tujuan
organisasi, sehingga langkah dan kerja semua anggota menjadi searah.
Ada
beberapa cara agar orang atau karyawan mampu, dan mau bersedia mengerjakan
kerja untuk mencapai tujuan organisasi. Salah satu cara yaitu dengan training dan development. Training dan development sudah dipelajari pada bab sebelumnya. Training akan
menjadi efektif bila setiap training
dan development dianalisisi dampak terhadap kerja serta kedepannya akan seperti
apa. Kesalahan yang ada sampai saat ini, efektifitas dan kesuksesan training hanya diukur dari orang yang
memberi training. Training
dievaluasi menarik atau tidak dan seberapa menyenangkannya sebuah training. Hal itu menunjukkan evaluasi training hanya sekedar evaluasi proses training. Padahal yang harus dilihat
atau dievaluasi adalah dampak training
pada pekrjaan karyawan yang ditraining.
Training yang tidak mengevaluasi dampak terhadap kerja termasuk training yang gagal. Seharusnya training meiliki tujuan yang tinggi dan
jelas, kemudian training dianalisis
terhadap kemajuan kinerja karyawannya.
Selain
training, hal lain yang mampu
meningkatkan dan mempengaruhi kinerja karyawannya yaitu melalui upah atau
bayaran. Upah atau bayaran ini dapat beruap gaji, insentif, bonus dan tunjangan
serta yang lainnya. Uang merupakan
sebuah motivasi ekstrinsik yang bersifat sebentar. Pada karywan baru atau entry level position, bayaran merupakan
sesuatu hal yang penting dan menarik, karena hal itu ditanyakan di awal. Namun
setelah beberapa waktu, bayaran akan menjadi hal yang biasa atau tidak menarik
lagi, dan kerja juga menjadi biasa kembali. Itulah sifat uang, terlihat, berfek
sebentar dan ingin bertambah terus-menerus. Diawal pemberian gaji, seorang
karyawan mungkin akan merasa senang dan berubah perilakunya kepeningkatan
kerja. Namun lambat laun efek gaji tidak terasa lagi dan bekerja seperti biasa.
Gaji dapat mengantarkan karyawan pada perilaku tertentu, namun hanya
mengantarkan, setelah itu hilang efeknya. Ibaratnya menurut bapak Fathul, gaji
itu seperti pintu gerbang ke suatu tempat, kemudian setelah pintunya terbuka
karyawan tidak melihat apa-apa lagi.
Begitu
pentingnnya gaji mengharuskan manajer mengelola gaji secara tepat. Bila tidak
tepat dalam mengelola gaji akan berdampak pada demo di karyawan, menuntut
kenaikan gaji. Mengetahui bahwa gaji hanya berefek sementara, maka dalam
mendorong perilaku kerja karyawan, manajer tidak hanya mengandalkan gaji,
tetapi juga mengandalkan dorongan lain. Riset menunjukkan bahwa menggerakan
karyawan dengan uang akan cenderung gagal, maka itu perlu penggerak lain.
Selain penggerak lain, faktor individu karyawan juga harus diatata/dimanaje,
salah satunya yaitu faktor hati dan rasa memiliki/kebermaknaan kerja. Seorang
karyawan seharusnya memiliki hati yang penuh syukur atas apa yang diterima, dan
karyawan juga berusaha memiliki organisasi, sehingga memaklumi kekurangan
organisasi termasuk dalam hal gaji. Persoalan yang seringkali muncul dan masih
menjadi pertanyaan banyak masyarakat, yaitu menyangkut gaji PNS. Mengapa gaji
PNS tetap pas-pasan bahkan tergolong rendah, padahal ia harus memenuhi kebutuhan
keluarga. Selain itu pengabdiannya juga untuk negara yang memakan waktu lama
dan menuntut perhatian penuh. Hal ini masih menjadi pemikiran bangsa Indonesia,
menyangkut gaji PNS yang terbaik.
Bayaran gaji setiap negara
berbeda-beda dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut saya, faktor-faktor
yang mempengaruhi diantaranya faktor budaya, sistem ekonomi yang ada, politik
yang ada, dan rasa kemanusian yang berkembang. Gaji karyawan di Amerika tentu
berbeda dengan di Indonesia, termasuk juga penggolongan gaji untuk
manajer/eksekutif dan untuk karyawan. Gap gaji manajer dengan karyawan setiap negara
berbeda-beda, di negara tertentu gapnya begitu jauh, di negara lain gapnya tidak
begitu jauh. Menurut saya memang benar gap yang kecil antara gaji manajer
dengan karyawan itu lebih baik. Ketimpangan yang jauh antara gaji manajer
dengan karyawan, dapat menimbulkan kecemburuan dan kebencian karyawan. Selain
itu rasa kemanusian juga perlu dikembangkan, perlu mengatur gaji secara merata
sesuai kontribusi kerja. Karyawan yang bekerja lebih baik dan memberikan
kontribusi banyak, akan berusaha meningkatkan atau mempertahankan kerja bila
kita memberikan feedback gaji yang
tepat. Oleh karena itu keputusan gaji sangatlah perulu dimanaje dengan baik,
agar dapat mempengaruhi karyawan secara tepat.
Referensi
:
Fathul Himam, Selasa, 11 Desember 2012,
Kuliah Manajemen dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: MMPT 2012
UGM.
Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart,
B., dan Wright, P.M., 2006, Human
Resource Management (5th.ed.), Singapore: McGraw-Hill Irwin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar