Analisis Abstrak
Jurnal Higher Education:
Managing Complexity in
Higher Education Innovative Ways of Integrity Teaching and Integrity Education
Management Using Innovative Case
Oleh:
Peter Odrakiewicz
Global Partnership Management Institute Canada
Sumber:
Ebscho, Global Management Journal
Abstract
This paper will
seek to show the management of complexity in higher education through
innovative ways of integrity teaching and integrity education management,
ethical communication and intercultural management teaching in colleges and
universities. This platform will explore learning and integrity competences
acquisition from innovatively de ned and
designed case studies including practical examples (interviews,
video-conferencing, web based meetings, shared workspaces, wikis, virtual
meeting spaces and social and professional web networks) Furthermore learning
and integrity acquisition from academic teachers acting as professors and
lecturers and also as facilitators of case study for integrity competence
acquisition process, students, employees, employers and local community. This
research will review impediments to integrity skills acquisition in colleges
and challenges of ethical communication and intercultural communication teaching
in universities and in organizations. These impediments can include; poor
integrity management, lack of consultation with employees, toxic management
perpetrated by unaware owners aiming to
implement “bottom line profit” philosophy in knowledge and competence transfer
delivery in educational settings and in small to medium training service
providers, personality con icts which
can result in people delaying or refusing to communicate integrity philosophy
in managerial process, the personal attitudes of individual employees which may
be due to lack of motivation or dissatisfaction at work, brought about by
insuf cient integrity awareness and lack
of training to enable them to carry out particular tasks. Additionally language
barriers, lack of effective and ef cient
integrity organizational structure for good
ow of information and lack of attention to integrity in management of
education as a topic may become an impediment to ef cient integrity and business ethics
competence acquisition. As a result of mismanagement of these impediments,
students and faculty as well as administration of the university cannot gain
advanced managerial integrity competences needed in everyday managerial role at
the same time failing to acquire ethical communication, integrity management
and intercultural communication skills.
Integrity and
intercultural learning challenges us to face new experiences and enables us to develop
a global mindset, not only physically, but also in the cyberspace. Innovation
and integrity learning comes from new experiences, from exceeding the safety of
what we know and living something new and different. A global mindset allows us
to transcend the constraints of our own culture and to see the world for what
it really is. In order to approach the fast-paced global world, people need to
work across disciplines and think holistically. To embrace innovation in its
fullness, people must learn to teach adaptability and exibility in order to be able to cope with
the changes that are taking place at the speed of light. Integrity process and
philosophy educational transfer using E-learning, blended learning, social
media and personalized learning environment can be one of the effective ways to
acquire integrity competences in in management.
Keywords: managing complexity, university education,
integrity
Terjemahan
Abstrak “Managing Complexity in Higher
Education Innovative Ways of Integrity Teaching and Integrity Education
Management Using Innovative Case” dalam bahasa Indonesia:
Abstrak
Paper
ini akan berusaha untuk menunjukkan manajemen kompleksitas dalam pendidikan
tinggi melalui cara-cara inovatif dalam integritas pengajaran dan integritas
manajemen pendidikan, etika komunikasi dan manajemen pengajaran antarbudaya di
perguruan tinggi dan universitas. Program ini akan mengeksplorasi pembelajaran
dan integritas akuisisi kompetensi dari mendeteksi inovasi dan studi kasus yang
dirancang, termasuk contoh-contoh praktis (wawancara, konferensi video, web berbasis
rapat, ruang kerja bersama, wiki, ruang pertemuan virtual dan sosial dan professional
jaringan web). Selanjutnya belajar dan integritas akuisisi dari guru akademik
bertindak sebagai profesor dan dosen sebagai fasilitator dan juga studi kasus
untuk akuisisi integritas kompetensi proses kepada mahasiswa, karyawan,
pengusaha dan masyarakat setempat. Penelitian ini akan meninjau
hambatan untuk akuisisi keterampilan integritas di perguruan tinggi dan tantangan komunikasi etika dan pengajaran komunikasi antar budaya di universitas-universitas dan organisasi. Kendala tersebut dapat meliputi, manajemen integritas yang buruk, kurangnya konsultasi dengan karyawan, perusak manajemen dilakukan oleh pemilik karena tidak menyadari penerapan "batas bawah keuntungan" filsafat transfer pengiriman pengetahuan dan kompetensi dalam pengaturan pendidikan dan pelatihan penyedia layanan kecil dan menengah, konflik personal yang dapat mengakibatkan orang menunda atau menolak untuk berkomunikasi integritas filosofi dalam proses manajerial, sikap pribadi individu karyawan yang mungkin karena kurangnya motivasi atau ketidakpuasan di tempat kerja, disebabkan ketidakefisienan integritas kesadaran dan kurangnya pelatihan yang memungkinkan mereka untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.
Selain hambatan bahasa, kurangnya integritas struktur organisasi yang efektif dan efisien untuk alur yang baik bagi informasi dan kurangnya perhatian terhadap integritas dalam manajemen pendidikan sebagai pembahasan, menjadi rintangan bagi efisiensi integritas dan usaha etika dalam akuisisi kompetensi. Sebagai akibat dari kesalahan manajemen karena kendala tersebut, mahasiswa dan fakultas sebagai administrasi universitas tidak dapat memperoleh kompetensi canggih. yang dibutuhkan dalam peran manajerial sehari-hari, pada saat yang sama gagal untuk memperoleh komunikasi etis, integritas manajemen dan keterampilan komunikasi antarbudaya.
hambatan untuk akuisisi keterampilan integritas di perguruan tinggi dan tantangan komunikasi etika dan pengajaran komunikasi antar budaya di universitas-universitas dan organisasi. Kendala tersebut dapat meliputi, manajemen integritas yang buruk, kurangnya konsultasi dengan karyawan, perusak manajemen dilakukan oleh pemilik karena tidak menyadari penerapan "batas bawah keuntungan" filsafat transfer pengiriman pengetahuan dan kompetensi dalam pengaturan pendidikan dan pelatihan penyedia layanan kecil dan menengah, konflik personal yang dapat mengakibatkan orang menunda atau menolak untuk berkomunikasi integritas filosofi dalam proses manajerial, sikap pribadi individu karyawan yang mungkin karena kurangnya motivasi atau ketidakpuasan di tempat kerja, disebabkan ketidakefisienan integritas kesadaran dan kurangnya pelatihan yang memungkinkan mereka untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.
Selain hambatan bahasa, kurangnya integritas struktur organisasi yang efektif dan efisien untuk alur yang baik bagi informasi dan kurangnya perhatian terhadap integritas dalam manajemen pendidikan sebagai pembahasan, menjadi rintangan bagi efisiensi integritas dan usaha etika dalam akuisisi kompetensi. Sebagai akibat dari kesalahan manajemen karena kendala tersebut, mahasiswa dan fakultas sebagai administrasi universitas tidak dapat memperoleh kompetensi canggih. yang dibutuhkan dalam peran manajerial sehari-hari, pada saat yang sama gagal untuk memperoleh komunikasi etis, integritas manajemen dan keterampilan komunikasi antarbudaya.
Integritas
dan pembelajaran antarbudaya menantang kita untuk menghadapi pengalaman baru
dan memungkinkan kita untuk mengembangkan pola pikir global, tidak hanya secara
fisik, tetapi juga di dunia maya. Inovasi dan integritas belajar berasal dari
pengalaman baru, dari melebihi keselamatan apa yang kita ketahui dan dari pembelajaran
hidup yang berasal dari sesuatu yang baru dan berbeda. Sebuah pola pikir global
memungkinkan kita untuk mengatasi kendala dari budaya sendiri dan untuk melihat
dunia untuk apa sebenarnya. Dalam rangka untuk mengikuti cepatnya globalisasi dunia,
orang perlu untuk bekerja lintas disiplin dan berpikir secara holistik. Untuk
merangkul inovasi dalam kepenatan organisai perguruan tinggi, orang harus
belajar untuk beradaptasi dan fleksibel agar mampu mengatasi perubahan yang
terjadi dengan kecepatan cahaya. Integritas proses dan filsafat pendidikan ditransfer
menggunakan E-learning, belajar, media sosial dan lingkungan belajar yang
dipersonalisasi, dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk memperoleh
kompetensi integritas dalam manajemen.
Kata kunci: Manajemen kompleksitas, pendidikan universitas, integritas
A. Analisis Tata Tulis Abstrak Managing
Complexity in Higher Education Innovative Ways of Integrity Teaching and
Intthrough Education Management Using Innovative Case”
Setiap penelitian
ilmiah yang akan dipublikasikan biasanya mempersyaratkan penulisan abstrak
untuk setiap naskah yang diterbitkan. Penulis naskah pada umumnya telah
melengkap naskah mereka dengan abstrak yang dimaksud walaupun belum semua dalam
bahasa Inggris. Termasuk Peter Odrakiewicz yang menuliskan hasil penelitiannya dilengkapi
dengan abstrak
agar dapat diterbitkan di link journal Ebscho. Abstrak berbeda dengan
ringkasan, terdapat perbedaan yang sangat nyata antara abstark dan ringkasan,
dilihat dari tujuan, isi, dan bentuknya. Penulis akan menganalisis abstrak dari
jurnal Peter Odrakiewicz
secara tata tulis, yaitu:
Kedua, terlalu rinci dengan
memuat hal-hal yang tidak diperlukan dalam abstrak misalnya, penjelasan tentang
metodologi penelitian, rumus-rumus yang dipakai dalam pengolahan data, serta
hasil, kesimpulan, dan saran yang lengkap. Ketiga, terlalu. Misalnya, tidak
menyebutkan masalah dan hasil penelitian sama sekali. Keempat, tidak memuat
hal-hal yang pokok dalam isi naskah sungguhpun telah memberikan uraian yang
cukup panjang, sehingga tidak memberikan daya tarik untuk membacanya lebih
lanjut. Kelima, bahasa Ingggris yang dipergunakan tidak informatif, karena
kesalahan-kesalahan dalam pemilihan kata dan tata bahasa.
1. Panjangnnya
kalimat abstrak
Dilihat dari
panjang atau jumlah katanya, abstrak lebih singkat dari ringkasan yang berarti
informasi yang diberikan melalui abstrak lebih sedikit dibandingkan dengan
ringkasan. Perbedaan ini jelas terlihat dari penyajiannya, abstrak terdiri atas maksimal 3 paragraf
dengan jumlah sekitar 250 kata, dengan spasi 1(Sekolah Pasca UGM, 2012:17).
Abstrak yang dibuat Peter Odrakiewicz hanya terdiri
dari 2 paragraf, dengan spasi 1 dan terdiri dari kurang lebih 160 kata. Hal ini
menunjukkan abstrak masih sesuai aturan panjang abstrak.
2. Abstrak
singkat dan berisi pokok bahasan
Abstrak yang
ditulis Peter Odrakiewicz tidak memberikan
isi gagasan yang lengkap serta tidak mengikuti sistematika dalam naskah aslinya
tetapi secara singkat memberikan pokok-pokok gagasan yang dibicarakan dalam
naskah aslinya. Singkatnya abstrak membuat abstrak tidak memberikan informasi
yang mendorong pembaca untuk membaca naskah itu lebih lanjut
3. Cakupan
abstrak disesuaikan jenis abstrak
Abstrak
terdiri dari dua jenis yaitu abstrak deskriptif dan abstrak informative. Abstrak
deskriptif menggambarkan hanya tujuan dan ruang lingkup isi tulisan tetapi
tidak menyebutkan hasil dan kesimpulan isi tulisan. Sedangan abstrak yang
bersifat informatif memberikan penjelasan tentang latar belakang masalah,
masalah, pendekatan/metode, hasil, dan kesimpulan isi tulisan. Oleh karena
unsur-unsurnya lebih banyak, maka abstrak informati lebih panjang dari abstrak
deskriptif. Tulisan-tulisan dalam jurnal ilmiah biasanya menggunakan abstrak
informatif. Walaupun abstrak informatif terdiri atas satu paragraph dengan
jumlah sekitar 200 kata, informasi dalam abstrak diharapkan mencakup a. latar
belakang masalah, b. rumusan masalah, c. pendekatan atau metode, d. hasil, dan
e. kesimpulan pembahan. Masing-masing unsur-unsur itu disebutkan secara ringkas
tetapi mudah dipahami.
a.
Latar Belakang Masalah
latar
belakang masalah menyebutkan situasi/kondisi yang menimbukan masalah dan perlu
untuk dikaji secara ilmiah. Keberhasilan dalam menggambarkan latar belakang
masalah itu dengan menarik, mendorong pembaca meneruskan membaca abstrak sampai
selesai dan keseluruhan isi naskah. Sebaliknya, kegagalan menarik perhatian
pembaca melalui latar belakang masalah ini, dapat membuat pembaca tidak
melanjutkan membacanya. Peter Odrakiewicz mampu
menyajikan latar belakang masalah dengan cukup menarik.
Adapun latar belakang masalah penelitian Peter
Odrakiewicz yaitu berusaha
untuk menunjukkan manajemen kompleksitas dalam pendidikan tinggi melalui
cara-cara inovatif dalam integritas pengajaran dan integritas manajemen
pendidikan, etika komunikasi dan manajemen pengajaran antarbudaya di perguruan
tinggi dan universitas. Hal ini dikarenakan perguruan tinggi merupakan suatu
institusi yang kompleks dalam berbagai budaya dengan segala permasalahan yang
ada. Agar permasalahan yang kompleks dapat ditangani maka perlu manajemen
kompleksitas yang inovatif.
b. Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah menyatakan hal pokok yang dibahas atau pertanyaan yang akan dijawab
dalam tulisan berikutnya. Masalah hendaknya dirumuskan dengan singkat tanpa
rincian, walaupun dalam isi tulisan masih dikembangkan menjadi beberapa
pertanyaan. Sudah barang tentu rumusan masalah terkait langsung dengan latar
belakang masalah yang diuraikan sebelumnya. Adapun rumusan masalahnya yaitu bagaimana
menerapkan manajemen kompleksitas yang inovatif di perguruan tinggi, kendala
apa yang dihadapi dan dampaknya serta bagaimana solusinya, hal ini terlihat
dari alur kerangka berpikir abstrak.
c. Pendekatan
dan Metodologi Penelitian
Pendekatan
atau metodologi yang dipergunakan dalam mengkaji masalah itu disebutkan yang
utama saja , misalnya menyebutkan populasi tetapi tidak menyebutkan teknik
sampling dan jumlah sampel. Dalam menuliskan tentang metodologi dihindari
rumus-rumus statistik dalam pengolahan dan analisis data, jadi sangat bersifat
deskriptf dan singkat. Peter Odrakiewicz
menyebutkan pendekatan penelitian yang dilakukan yaitu dengan studi kasus dan contoh
nyata yang ada di perguruan tinggi Kanada.
d. Hasil
Penelitian
Hasil berisi
inti jawaban atau temuan yang diperoleh dari pembahasan yang dilakukan. Hasil hendaknya
disebutkan secara nyata tetapi tidak rinci. Hendaknya tetap dijaga agar
informasi singkat tentang hasil itu menimbulkan keinginan pembaca mengetahui
lebih rinci dan lengkap sehingga menggugahnya membaca isi naskah secara
lengkap. Apabila rumusan hasil dituliskan secara lengkap dapat mengurangi
motivasi pembaca membaca isi naskah secara lengkap karena merasa telah
mengetahui hasilnya dengan m,embaca abstrak.
Adapun hasil
penelitian Peter Odrakiewicz yaitu ditemukan
beberapa kendala untuk menrapkan manajemen kompleksitas di perguruan tinggi.
Kendala tersebut diantaranya, manajemen integritas yang buruk, kurangnya konsultasi dengan karyawan,
perusak manajemen dilakukan oleh pemilik karena tidak menyadari, sikap pribadi
individu karyawan yang mungkin karena kurangnya motivasi atau ketidakpuasan di
tempat kerja, disebabkan ketidakefisienan integritas kesadaran dan kurangnya
pelatihan yang memungkinkan mereka untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.
Selain hambatan bahasa, kurangnya integritas struktur organisasi yang efektif
dan efisien untuk alur yang baik bagi informasi dan kurangnya perhatian
terhadap integritas dalam manajemen pendidikan sebagai pembahasan. Adapun
dampaknya yaitu gagal memperoleh pelayanan terbaik pada mahasiswa, dan fakultas
gagal mendapatkan kompetensi canggih dan komunikasi etis. Solusi dari kendala
yang ada yaitu dengan integritas manajemen dan pemebelajaran.
e. Kesimpulan
Apabila hasil
kajian menggambarkan temuan atau sintesis dari pembahasan, maka kesimpulan
menujukan arti dan implikasi hasil kajian. Kesimpulan, termasuk saran yag
diajukan atas dasar hasil /temuan kajian.. Sudah barang tentu kesimpulan
menjawab pertanyaan atau masalah yang dikemukakan sebelumnya. Mengingat
ketentuan dalam menulis abstrak, khususnya berkaitan dengan panjangnya abstrak,
kesimpulan dirumuskan secara padat tetapi menggambarkan inti kajian. Adapun
kesimpulan dari Peter Odrakiewicz yaitu Integritas proses dan filsafat
pendidikan ditransfer menggunakan E-learning, belajar, media sosial dan
lingkungan belajar yang dipersonalisasi, dapat menjadi salah satu cara yang
efektif untuk memperoleh kompetensi integritas dalam manajemen.
f. Kata-Kata
Kunci
Uraian abstrak
biasanya diikuti dengan pencantuman kata-kata kunci yang berjumlah paling
sedikit tiga kata/frase. Kata-kata kunci itu mencerminkan konsep-konsep utama
yang dibahas dalam tulisan itu. Tidak harus setiap kata kunci tertera pada
uraian abstrak tetapi harus terlihat pada isi tulisan. Kata-kata kunci yang
dimaksud adalah konsep bukan semua istilah yang dipakai dalam tulisan itu.
Adapun maksimal yaitu 5 kata kunci (Sekolah Pasca UGM, 2012: 16). Abstrak dari Peter Odrakiewicz sudah memenuhi persyaratan maksimal dan
minimal kata kunci yaitu tiga kata kunci, manajemen kompleksitas,
pendidikan universitas, integritas
4. Penulisan
Jurnal Internasional dengan bahasa Inggris
Jurnal Internasional
mepersyaratkan menuliskan abstrak setiap tulisan dalam bahasa Inggris. Termasuk
Peter Odrakiewicz yang ,emuliskan abstraknya dalm
bahasa Inggris, meskipun ia orang Kanada.
B. Analisis Abstrak Managing
Complexity in Higher Education Innovative Ways of Integrity Teaching and
Intthrough Education Management Using Innovative Case” Berdasarkan Ilmu dari Mata Kuliah
di Manajemen Pendidikan Tinggi.
Abstrak yang ditulis oleh Peter Odrakiewicz
menggambarkan betapa kompleksnya pendidikan tinggi, oleh karena itu perlu
manajemen kompleksitas yang inovatif di
perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebuah instusi yang sangat kompleks dengan
peran vital yaitu menghasilkan lulusan berkualitas dan kompeten menuju
Indonesia Emas tahun 2020, dengan persaingan tanpa batas.. Pendapat Peter
Odrakiewicz ini memperkuat untuk tetap berdirinya Magister Manajemen Pendidikan
Tinggi di Indonesia di Sekolah Pasca Universitas Gadjah Mada. Perhatian lebih
terhadap manajemen perguruan tinggi sangat diperlukan untuk menjaga
keberlangsungan perguruan tinggi yang siap bersaing di dunia Internasional.
Kesadaran pentingnnya manajemen pendidikan dalam perguruan
tinggi juga menginspirasi DIKTI untuk mengukuhkan UU nomor 12 tahun 2012,
tentang pengelolah pendidikan tinggi di Indonesia. Hal ini menunjukkan
pemerintah Indonesia memberikan perhatian lebih pada manajemen pendidikan
tinggi.Menurut bapak Sahid disebutkan pula bahwa sebuah perguruan tinggi hidup
dipengaruhi oleh factor financial, factor manajem, dan factor luar/Globalisasi
dunia. Perhatian lebih pada manajemen pendidikan tinggi menjadi sebuah
keharusan, karena manajemen ini yang akan mengatur factor keungan dan faktor eksternal.
Adapun beberapa masalah yang dihadapi perguruan tinggi menurut Peter
Odrakiewicz diantaranya permasalah pengelolahan
antarbudaya, permasalahan tenaga kependidikan terkait etos kerja yang rendah
dan stress, dosen yang kurang mampu mengajar dengan teknologi, struktur
birokrasi yang kaku, etika dalam perguruan tinggi yang kurang, dan komunikasi
yang gagal. Permasalahan itu juga dihadapi oleh Indonesia, termasuk UGM. Peter
Odrakiewicz mengusulkan pemecahan masalah dengan “Integritas
Pembelajaran/Pembelajaran beretika dan Integritas Manajemen Pendidikan”. Bila
diamati solusi yang diberikan Peter Odrakiewicz merupakan solusi dari sisi Manajemen
Sumber Daya Manusia (SDM), hal ini menunjukkan peran penting SDM dalam mencapai
keunggulan berkesinambungan dalam organisasi termasuk perguruan tinggi.
Pernyataan ini sesuai dengan teori Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), bahwa
MSDM menjadi sebuah keunggulan bersaing yang berkesinambungan dan merupakan
strategi yang tepat. (Noe et.al, 2006).
Adapun strategi nyata dari Peter Odrakiewicz dengan pembelajaran
beretika dan manajemen beretika. Peter Odrakiewicz menyadari pentingnnnya etika
dalam sebuah perguruan tinggi, hal ini dikarenakan permasalahan yang ada di
perguruan tinggi dikarenakan tidak adanya etika/tidak bermoral. Etika muncul
melalui pembelajaran studi kasus dan meningkatkan nilai spiritualitas. Hal ini
memperkuat pemahaman penulis dari mata kuliah MSDM tentang hal yang penting
namun belum diperhatikan pendidikan tinggi yaitu nilai spiritualitas. Nilai
spiritualitas tidak hanya mengajarkan tahu ilmu agama, tapi memahami dan
menerapkan etika dalam kehidupan sehari-hari. Perguruan tinggi Indonesia
menghadapi berbagai permasalahan seperti KKN pegawai, penyelewengan kerja dosen
dan tenaga kependidikan, rendahnya moral mahasiswa dan permasalahan kompleks
lain karena etika dan nilai spiritualitas yang sangat kurang.
Solusi pembelajaran beretika kepada dosen, tenaga pendidikan dan
mahasiswa, merupakan sebuah solusi tepat menuju organisasi yang pembelejar,
sebagai upaya manajemen pengetahuan di perguruan tinggi. Sesuai mata kuliah
perilaku organisasi bahwa dunia itu berubah dengan ketidakpastiaanya, oleh
karena itu perlu strategi untuk menghadapinya yaitu menjadi “learning organization” (Robbins et. al,
2008). Selama ini perguruan tinggi masih jauh dari prinsip learning organization, oleh karena itu perlu adanya perubahan dalam
organisasi perguruan tinggi untuk menjadi pembelajar beretika.
Menurut Robbins et. al, (2008), organisasi yang berubah dan
pembelajra adalah organisasi yang melakukan sharing
visi, memiliki mental model, berpikir sistem,
berprinsip pembelajran tim dan personal
mastery. Langkah-langkah yang diungkapkan Robbins et. al menurut penulis
sangat tepat untuk dilakukan dengan memegang teguh etika. Agar langkah
pembelajaran beretika dapat terwujud maka perlu komponene yang mendukung hal
ini juga dijelaskan oleh bapak Sahid dan bapak Djamaludin Ancok sesuai pendapat
Robbins et. al, (2008), yaitu komponen Struktutur organisasi yang fleksibel,
leadership yang kompeten, dan SDM yang berkualitas. Apabila komponen yang ada
mendukung tentunya dosen, tenaga pendidik, dan mahasiswa dapat terus melakukan
pembelajaran yang beretika.
Strategi kedua menurut Peter Odrakiewicz yaitu manajemen
pendidikan tinggi yang beretika. Selama ini manajemen pendidikan tinggi yang
berkembang di Indonesia yaitu manajemen pendidikan konvensional tanpa
memperhatikan etika. Diharapkan denga MMPT ini dapat menghasilkan ahli dan
praktisi manajemen pendidikan tinggi yang beretika. Manajemen ini berusaha
menerapakan sistem manajemen seperti pada umumnya yaitu perencanaan, pengorganisasian,
staffing, pelaksanaan, pengawasan, pengontrolan dan evaluasi berbasis
etika/moral/spiritual. Ketika semua fungsi manajemen berbasis etika maka setiap
pelaksanaan dan pelaksananya akan berusaha bertanggung jawab dan tidak
menyimpang.
Dua strategi menurut Peter Odrakiewicz memang tepat juga di
terapkan di pendidikan tinggi di Indonesia, melihat permasalahan dan
ketimpangan pendidikan tinggi di Indonesia. Integritas pembelajaran
terus-menerus dan manajemen pendidikan tinggi yang beretika, mengantarkan
perguruan tinggi untuk mampu bersaing di dunia internasional dengan tetap
memegan prinsip jati diri Indonesia yang bermoral.
DAFTAR
PUSTAKA
Indrajit dan Djokopranoto, (2006) Manajemen Perguruan Tinggi Modern,
Yogyakarta: Andi Offset.
Noe, R.A, Hollenbeck, J.R., Gerhart, B.,
dan Wright, P.M. (2006). Human Resource
Management. (5th.ed.) Singapore: McGraw-Hill Irwin.
Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A., (2008),
Perilaku Organisasi Buku 2, Jakarta: Salemba Empat.
Sekolah Pascasarjana UGM, (2012), Petunjuk Usulan Penelitian dan Tesis,
Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar