Meningkatkan
Komunikasi Efektif
Dalam
Kondisi Organisasi Yang Berubah dan Berkembang
Pentingnya komunikasi dengan manusia adalah suatu
hal yang tidak bisa dipungkiri manusia, begitu juga halnya dengan organisasi.
Tidak hanya pengetahuan dasar tentang komunikasi, pengetahuan dasar tentang
organisasi sebagai suatu lingkungan tertentu yang berstruktur,
berkarakteristik, serta memiliki fungsi tertentu adalah suatu hal yang
mendukung kelancaran komunikasi organisasi
Orang yang tertarik untuk bergabung dalam suatu
organisasi memilki alasan yang beragam. Maslow menyebutkan bahwa salah satu
dari empat kebutuhan utama manusia adalah terfasilitasinya kebutuhan sosial
untuk memperoleh rasa aman lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa
diterima, memberi dan menerima persahabatan (Tubbs and Moss, 2000: xii)
Littlejohn (2002) menjelaskan bahwa komunikasi
berlangsung dalam tingkatan konteks yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi
kelompok, komunikasi organisasi dan yang terakhir komunikasi massa. Pembagian
tingkatan komunikasi tersebut tidak bersifat terpisah satu sama lain.
I.
Kajian
Teori
1.1.Pengertian
Organisasi
Pengertian organisasi
secara umum adalah tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama
secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan
terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material,
mesin,
metode,
lingkungan),
sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
1.2.Tujuan
Organisasi
Tujuan organisasi menurut Etzioni
adalah merupakan pernyataan tentang keadaan atau situasi yang tidak terdapat
sekarang tetapi dimaksudkan untuk dicapai di waktu yang akan datang melalui
kegiatan-kegiatan organisasi.Fungsi dari ditetapkannya tujuan organisasi
adalah (1) sebagai pedoman sebagai kegiatan semua pelaku
organisasi, (2). Sebagai sumber legitimasi/peraturan, (3). Sebagai standar pelaksanaan, (4). Sumber motivasi dan
(5). Sebagai dasar rasional pengorganisasian.
1.3.Organisasi
yang berkembang
Sebuah organisasi terbentuk beberapa
aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan
perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.
Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya
oleh masyarakat karena memberikan kontribusi nyata, misalnya; pengambilan
sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga
menekan angka pengangguran.
II. Komunikasi
2.1.Pengertian Komunikasi dan
Komunikasi Efektif
Menurut Hovland dalam Effendy (2005:10) komunikasi
adalah proses mengubah perilaku orang lain. Seseorang dapat mempengaruhi sikap,
pendapat dan perilaku orang lain apabila terjalin komunikasi yang komunikatif.
Paradigma Lasswell dalam Effendy (2005) menjelaskan komunikasi meliputi
unsur-unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukkan (Who says, what in,
which channel, to whom, with what effect?) diantaranya: komunikator, pesan,
media, komunikasi, dan efek.
Komunikasi dengan orang lain kadang sukses atau
efektif mencapai maksud yang dituju, namun terkadang juga gagal. Adapun makna
komunikasi yang efektif menurut Effendy (2005:11) adalah komunikasi yang
berhasil menyampaikan pikiran dengan menggunakan perasaan yang disadari. Walter
Lippman dalam Effendy (2005:11) juga menjelaskan komunikasi yang efektif adalah
komunikasi yang berusaha memilih cara yang tepat agar gambaran dalam benak dan
isi kesadaran dari komunikator dapat dimengerti, diterima bahkan dilakukan oleh
komunikan.
2.2. Jenis Komunikasi
Menurut Effendy (2005:11-17) berdasarkan proses
komunikasi, komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan
secara sekunder.
Cassandra
dalam Mulyana (2005:71) menjelaskan beberapa jenis komunikasi berdasarkan pendekatan
situasional, diantaranya (1) Komunikasi massa, (2) Komunikasi organisasi, (3) Komunikasi
public, (4) Komunikasi kelompok kecil, (5) Komunikasi antarpribadi dan (6) Komunikasi
Intrapribadi. Secara singkat jenis komunikasi dalam organisasi menurut Effendy
(2005:125-130) yaitu Komunikasi Internal dan eksternal.
2.3.Unsur-Unsur dalam Proses
Komunikasi
Berdasarkan
paradigm Harold Lasswell proses komunikasi dapat terwujud bila Dalam
berkomunikasi terdapat unsur-unsur seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
Model komunikasi di atas menegaskan faktor-faktor
kunci dalam komunikasi efektif.
2.4.Fungsi Komunikasi dalam
Organisasi
Pada
paragraf sebelumnya komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya
diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu
dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide, maka fungsi
komunikasi adalah sebagai sarana Informasi, Sosialisasi, Motivasi, Perdebatan
atau diskusi: Pendidikan, Memajukkan kebudayaan, Hiburan dan Integrasi (Mac
Bridge dalam Effendy (2005:27-28 Pace et. Al) ., Sedangkan tujuan sentral
komunikasi:Komunikan mengerti pesan yang diterimanya, Penerima pesan harus
dibina dan Memotivasi komunikan (Effendy (2005:32))
2.5.Strategi mencapai Komunikasi yang
Efektif
Effendy
(2005:130) menjelaskan komunikasi yang efektif harus memenuhi beberapa syarat
ditinjau dari pesan komunikasi, diantaranya:
1.
Pesan dapat dimengerti
2.
Pada saat keputusan diambil, karyawan
percaya bahwa komunikasi yang dilancarkan cocok dengan tujuan organisasi.
3.
Komunikasi cocok dengan kepentingan
kperibadian karyawan.
4.
Secara mental dan fisik, karyawan
mampu melaksanakannya.
III.
Urgensi komunikasi efektif dalam
organisasi yang berubah dan berkembang
a)
Mengapa sebuah organisasi
membutuhkan komunikasi yang efektif
Communication
in English is the lifeblood of an organization. (Hanumantharao, journal Vol.1,Issue.X/Nov; 11 pp.1-4 page:15). Komunikasi adalah nyawa di
setiap organisasi. Komunikasi merupakan kebutuhan pada setiap organisasi.
Hal
ini dikarenakan, komunikasi organisasi merupakan unsur yang penting di dalam
organisasi karena dapat mempengaruhi sikap, perilaku, dan bahkan motivasi kerja
anggotanya. Sehingga, untuk menciptakan sebuah perusahaan/organisasi yang baik
dan efektif, hal yang harus dipertimbangkan ialah bagaimana menciptakan iklim
komunikasi organisasi yang positif dan kondusif. Jika iklimnya baik, maka
secara otomatis, para karyawan akan terdorong dan termotivasi untuk memberikan
yang terbaik bagi perusahaan atau organisasinya.
b) Proses
dan Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Komunikasi efektif
Menurut McGehe & Webb, 2008; kompetensi komunikasi adalah
tujuan utama dari banyak pelatihan ketrampilan komunikasi (Ryan S. Bisel, Amber S. Messersmith, and Katherine
M. Kelley: Supervisor-Subordinate Communication: Hierarchical Mum Effect Meets
Organizational Learning; Journal of Business Communication 49
(2) 128–147 © 2012 by the Association for Business Communication). Ketrampilan
komunikasi ini adalah kemampuan pembicara untuk menyeimbangkan antara keefektivitasan
(yaitu pencapaian tujuan organisasi) dan kesesuaian (dalam hubungannya dengan
manajemen organisasi) dalam situasi tertentu (Spitzberg & Cupach, 1984).
Sebaliknya, komunikasi inkompetensi muncul ketika komunikator : (a) overly
effective, (b) overly appropriate, or (c) tidak efektif dan tidak sesuai dalam
konteks tertentu.
Di
dalam suatu organisasi proses komunikasi berdasarkan struktur elemen
pendukungnya yaitu :
1.
Downward communication, yaitu proses
komunikasi yang terjadi dari suatu level ke level lain di bawahnya secara
berurutan sesuai dengan kebijakan pada masing masing tingkat tersebut, misal
dari atasan ke bawahannya. Faktor komunikasinya meliputi :
a)
Komunikasi yang berupa kebijakan, peraturan,
prosedur, program dan sasaran kerja.
b)
Pemberian penugasan kerja
c)
Penyampaian umpan balik dari atasan ke bawahan
tentang perilaku dan penilaian kerja
d)
Pelaporan lembaga berupa pelaporan keadaan dan
perkembangan
e)
Permintaan atasan ke bawahan
2.
Upward communication, yitu komunikasi
dari bawahan ke atasan, yang lebih rumit karena sebab perbedaan level/status
yang dimiliki masing-masing. Komunikasi ini berkaitan dengan informasi,
keterangan penugasan di pegawai tingkat rendah yang memiliki fungsi antara lain
:
a)
Umpan balik atas kebijakan, arahan, pengaturan
dan intruksi atasan
b)
Penyampaian laporan perkembangan dan hasil
kerja
c)
Penyampaian gagasan dan usulan untuk
peningkatan kinerja
d)
Penyampaian informasi dan bantuan
3.
Horizontal Communication, yaitu
komunikasi antar bagian yang selevel, baik posisi, umur, tingkat pengetahuan
sebagai bentuk koordinasi dalam suatu tim. Ini adalah suatu bentuk komunikasi
yang paling familiar dan lebih cepat tercapai tendensi karena kesamaan level
yang dimiliki. Beberapa aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi
efektif adalah :
1.
Kejelasan informasi yang disampaikan
2.
Ketepatan dalam bahasa dan informasi
3.
Konteks yang disampaikan sesuai dengan
kondisi dan situasi dimana komunikasi terjadi
4.
Alur keruntutan informasi yang
disampaikan sesuai kronologis keadaan
5.
Budaya sebagai etika dan norma didalam
penyampaian informasi
Proses
komunikasi mempunyai dua buah model, yaitu :
1.
Model Linear
Yaitu
suatu proses komunikasi yang hanya terjadi dari komunikator dan berakhir di
komunikan sehingga hubungan komunikasi yang terjadi secara garis lurus, dengan
tanpa disertakan umpan balik dari komunikan kepada komunikator.
2.
Model Sirkuler
Yaitu
proses komunikasi dari komunikator kepada komunikan maupun sebaliknya yang
terjadi secara berkesinambungan/dinamis karena melibatkan faktor feedback,
sehingga terbentuk loop lingkaran proses komunikasinya. Suatu komunikasi yang
efektif mempunyai ciri-ciri dua arah (two ways).
c)
Hambatan-Hambatan Komunikasi Efektif
Menurut Ron Ludlow dan Fergus
Fanton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu
adalah (1992, p.10-11) (Ahmad kurnia,
SPd, MM : Komunikasi Tidak Efektif, 2011):
1.
Status
Effect
Adanya perbedaaan pengaruh status
sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang
lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka
karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau
pendapatnya
2.
Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa
yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan
perasaanya kepada komunikan.
3.
Perceptual Distorsion
Perceptual distorsion dapat
disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan
perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain.
4.
Cultural
Diffences
Hambatan yang terjadi karena
disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam
suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga
ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku.
5.
Physical Distraction
Hambatan ini disebabkan oleh
gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi.
6.
Poor Choice of Communication
Channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada
media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi.
7.
No
Feed Back
Hambatan tersebut adalah seorang
sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan
tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang
sia-sia.
D. Mengembangkan
dan Menumbuhkan Organisasi Melalui Sistem Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi berperan memberikan kontribusi strategis dalam pengembangan organisasi dengan pemahaman
konten yang baik tentunya menjadi strategi perusahaan yang tepat dan relevan
dalam pengambilan keputusan. Profensialisme seorang komunikator terlihat saat
pemilihan bahasa dan menyampaikan pesan dengan tepat sasaran, melalui teknik
berkomunikasi yang tepat. Komunikasi tradisional memberikan kontribusi
strategis bagi sebuah organisasi. Komunikasi yang baik mendukung pengambilan
keputusan manajemen yang tepat, evaluasi
dan ini memungkinkan kita memahami bahwa strategi komunikasi telah
berhasil.
Dalam
sebuah organisasi yang berubah dan berkembang peran setiap unsur dalam
organisasi sangat diperlukan. Communication a process by which information and
understanding are transferred between a sender and a receiver (Daft, Richard
L.,The Leadership Experince, 3rd Ed., 2005, Thomson South Western, hal. 343).
Komunikasi adalah sebuah proses terjadinya pergerakan informasi dan pemahaman
dari si pemberi informasi kepada si penerima. Proses komunikasi dapat dilihat
dari unsur-unsur yang berkaitan dengan siapa yang mengirimkannya (komunikator),
apa yang disampaikan (pesan), media
komunikasi ada yang dipergunakan (media), ditujukan untuk siapa (komunikan) dan
apa akibat yang akan ditimbulkan (efek). Dalam proses komunikasi, kewajiban
seorang pengirim atau komunikator adalah mengusahakan agar pesan-pesannya dapat
diterima oleh penerima (komunikan) sesuai dengan kehendak pengirim.
Proses
keseluruhan komunikasi dari si pemberi atau pengirim pesan kepada si penerima
pesan, yang menjadi patokan dalam mengembangkan dan menumbuhkan organisasi,
yakni bila komunikasi dapat dilakukan dengan efektif. Efektif dalam hal ini:
1)
Terjadi
Komunikasi yang baik (ada interaksi, saling memperhatikan, berkesinambungan dan
pergeseran informasi, sharing informasi dan bentuk perhatian terhadap komunitas
dalam organisasi)
2)
Dalam
komunikasi tersebut ada koordinasi yang baik (terutama dalam memutuskan sesuatu
terkait kepentingan organisasi, merancang strategi, pembagian kerja dan lain
sebagainya).
3)
Pengambilan
Keputusan yang tepat dan cepat.
4)
Tindakan
yang tepat terhadap keputusan yang ada.
Keseluruhan
proses komunikasi yang baik dan efektif akan mengoptimalkan tujuan organisasi, menghasilkan kepuasan dan produktivitas
stakeholder dalam organisasi, perbaikan pencapaian hasil karya dan tujuan
organisasi.
Hubungan antar karyawan yang
dibangun berdasarkan iklim dan kepercayaan atau budaya organisasi yang positif
turut memberi andil dalam menciptakan iklim komunikasi efektif. Rasa percaya,
keyakinan, keterbukaan, dukungan keamanan, kepuasan, keterlibatan dan tingginya
harapan merupakan cermin iklim komunikasi organisasi yang ideal. Jika
organisasi memiliki dan melakukan komitmen untuk melakukan komunikasi yang
efektif dengan karyawan maka sejumlah keuntungan–keuntungan penting dapat
dicapai. Karyawan akan memiliki pengetahuan yang luas dan banyaknya informasi
akan memuaskan karyawan.
Dengan demikian dapat disimpulkan,
bahwa dalam komunikasi efektif, tujuan organisasi terpenuhi dan hubungan
stakeholder terjalin dengan baik. Hubungan yang baik itu dapat dimaksudkan
sebagai berikut, adanya: (1) Respect/Penghargaan,
(2) Kejujuran, (3) Keterbukaan, (4) Empati, (5) Dukungan, dan (6) Berpikir
positif
E. Pengaruh
Buruk Komunikasi Tidak Efektif
When communication is ineffective causes loneliness, conflicts,
professional dissatisfaction, psychological distress, illness (Hanumantharao,
journal Vol.1,Issue.X/Nov;
11pp.1-4). Ketika terjadi komunikasi tidak efektif, maka yang timbul adalah
kesepian, konflik, ketidakpuasan profesional, penderitaan.
Dengan
demikian, bahwa pengaruh komunikasi yang
tidak efektif membawa stakeholder dalam organisasi kepada konflik. Baik konflik
antara pimpinan dengan karyawan, antara karyawan itu sendiri. Jika konflik
sudah muncul, maka cost akan banyak yang terbuang sia-sia. Masing-masing
individu dalam organisasi saling curiga, tidak terbuka dan yang pasti tidak
merasakan kenyamanan dan tidak ada kepuasan dalam berorganisasi. Tuntutan akan
banyak, tetapi penyelesaian tuntutan pun tidak jelas. Hal ini akan
mengakibatkan organisasi rugi atau bahkan bangkrut, dengan demikian tujuan
organisasi tidak tercapai (gagal). Kebutuhan dasar tidak terpenuhi dengan baik,
terjadi kesalahpahaman, ketidakjujuran dan prasangka buruk. Dari satu konflik
dapat menyebabkan konflik lanjutan yang lebih serius, mempertajam masalah dan
ini benar-benar membawa kerugian besar bagi organisasi.
F. Strategi
Meningkatkan Komunikasi Efektif dalam kondisi organisasi yang berubah dan
berkembang
Untuk
membantu meningkatkan
komunikasi efektif dalam kondisi
organisasi yang berubah dan berkembang,
yang pertama menjadi perhatian adalah pada proses berlangsungnya
komunikasi. Kesadaran
bahwa komunikasi yang efektif sangat berperan dalam pengambilan keputusan dalam
organisasi. Berkomunikasi tidak hanya
melalui penggunaan metode yang tepat, tetapi konten dari komunikasi yang
disampaikan. Dimensi strategis komunikasi tidak semata-mata mendengarkan tetapi
juga pada proses kegiatan reflektif pada cara berkomunikasi yang professional (Invernizzi et
all.; 2005).
Baik
dari si pemberi
pesan dan penerima pesan. Jika proses
komunikasi berjalan baik, maka hasinya akan baik. Unsur yang perlu diperhatikan antara lain Keterbukaan, Empati, Dukungan, dan Kesamaan.
IV.
PENUTUP
Komunikasi yang efektif sangat
berperan dalam pengambilan keputusan dalam organisasi. Berkomunikasi tidak hanya melalui penggunaan
metode yang tepat, tetapi konten dari komunikasi yang disampaikan. Dimensi
strategis komunikasi tidak semata-mata mendengarkan tetapi juga pada proses
kegiatan reflektif pada cara berkomunikasi yang profesional. Proses
terakhir dalam
proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber
mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima. Umpan
balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas
komunikasi
V. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Kurnia,
SPd, MM : Komunikasi Tidak Efektif, Jawa Barat, Indonesia, 2011
Daft, Richard L.,The Leadership
Experince, 3rd Ed., 2005, Thomson South Western.
Effendy,
O.U. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Endang
Lestari G, SH, MM & Drs. MA. Mailid, M.Ed., Komunikasi Yang efektif,
Lembaga Administrasi Negara, Republik Indonesia, 2006.
HANUMANTHARAO, CHIRIVELLA RADHIKA; Strategies of Empowerment of
Effective Oral and Written Communication English for Business Communication. Department of English Dnyanasadhana College,
Thane., Indian Streams Reserach Journal, Vol.1,Issue.X/Nov; 11pp.1-4
Invernizzi, Prof. Emanuele and Romenti, Dr.
Stefania, PhD.; Strategic Communication
and Decision-Making Processes Toward the Communication Oriented Organisation,
IULM University, Milan, Italy.
Littlejohn,
Stephen W. 2002. Theories of Human Communication. USA: Wadsworth.
Mulyana,
D. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pace,
R. W., dan Faules, D. F.. 2005. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahan. Editor Deddy Mulyana. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ryan S. Bisel, Amber S. Messersmith, and Katherine
M. Kelley: Supervisor-Subordinate Communication: Hierarchical Mum Effect Meets
Organizational Learning; Journal
of Business Communication 49 (2) 128–147 © 2012 by the Association for Business
Communication.
Tubbs,
Stewart L and Sylvia Moss. 2000.
Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi. diterjemahkan oleh Deddy
Mulyana dan Gembirasari. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar