Minggu, 27 Januari 2013

Analisis Abstrak Jurnal Manajemen Pendidikan



Analisis Abstrak Jurnal Higher Education:


Managing Complexity in Higher Education Innovative Ways of Integrity Teaching and Integrity Education Management Using Innovative Case


Oleh:
Peter Odrakiewicz
Global Partnership Management Institute Canada

Sumber:
Ebscho, Global Management Journal










Abstract
This paper will seek to show the management of complexity in higher education through innovative ways of integrity teaching and integrity education management, ethical communication and intercultural management teaching in colleges and universities. This platform will explore learning and integrity competences acquisition from innovatively de  ned and designed case studies including practical examples (interviews, video-conferencing, web based meetings, shared workspaces, wikis, virtual meeting spaces and social and professional web networks) Furthermore learning and integrity acquisition from academic teachers acting as professors and lecturers and also as facilitators of case study for integrity competence acquisition process, students, employees, employers and local community. This research will review impediments to integrity skills acquisition in colleges and challenges of ethical communication and intercultural communication teaching in universities and in organizations. These impediments can include; poor integrity management, lack of consultation with employees, toxic management perpetrated by unaware  owners aiming to implement “bottom line profit” philosophy in knowledge and competence transfer delivery in educational settings and in small to medium training service providers, personality con  icts which can result in people delaying or refusing to communicate integrity philosophy in managerial process, the personal attitudes of individual employees which may be due to lack of motivation or dissatisfaction at work, brought about by insuf  cient integrity awareness and lack of training to enable them to carry out particular tasks. Additionally language barriers, lack of effective and ef  cient integrity organizational structure for good   ow of information and lack of attention to integrity in management of education as a topic may become an impediment to ef  cient integrity and business ethics competence acquisition. As a result of mismanagement of these impediments, students and faculty as well as administration of the university cannot gain advanced managerial integrity competences needed in everyday managerial role at the same time failing to acquire ethical communication, integrity management and intercultural communication skills.
Integrity and intercultural learning challenges us to face new experiences and enables us to develop a global mindset, not only physically, but also in the cyberspace. Innovation and integrity learning comes from new experiences, from exceeding the safety of what we know and living something new and different. A global mindset allows us to transcend the constraints of our own culture and to see the world for what it really is. In order to approach the fast-paced global world, people need to work across disciplines and think holistically. To embrace innovation in its fullness, people must learn to teach adaptability and    exibility in order to be able to cope with the changes that are taking place at the speed of light. Integrity process and philosophy educational transfer using E-learning, blended learning, social media and personalized learning environment can be one of the effective ways to acquire integrity competences in in management.
Keywords: managing complexity, university education, integrity
Terjemahan Abstrak “Managing Complexity in Higher Education Innovative Ways of Integrity Teaching and Integrity Education Management Using Innovative Case” dalam bahasa Indonesia:

Abstrak
Paper ini akan berusaha untuk menunjukkan manajemen kompleksitas dalam pendidikan tinggi melalui cara-cara inovatif dalam integritas pengajaran dan integritas manajemen pendidikan, etika komunikasi dan manajemen pengajaran antarbudaya di perguruan tinggi dan universitas. Program ini akan mengeksplorasi pembelajaran dan integritas akuisisi kompetensi dari mendeteksi inovasi dan studi kasus yang dirancang, termasuk contoh-contoh praktis (wawancara, konferensi video, web berbasis rapat, ruang kerja bersama, wiki, ruang pertemuan virtual dan sosial dan professional jaringan web). Selanjutnya belajar dan integritas akuisisi dari guru akademik bertindak sebagai profesor dan dosen sebagai fasilitator dan juga studi kasus untuk akuisisi integritas kompetensi proses kepada mahasiswa, karyawan, pengusaha dan masyarakat setempat. Penelitian ini akan meninjau
hambatan untuk akuisisi keterampilan integritas di perguruan tinggi dan tantangan komunikasi etika dan pengajaran komunikasi antar budaya di universitas-universitas dan organisasi. Kendala tersebut dapat meliputi, manajemen integritas yang buruk, kurangnya konsultasi dengan karyawan, perusak manajemen dilakukan oleh pemilik karena tidak menyadari penerapan "batas bawah keuntungan" filsafat transfer pengiriman pengetahuan dan kompetensi dalam pengaturan pendidikan dan pelatihan penyedia layanan kecil dan menengah, konflik personal yang dapat mengakibatkan orang menunda atau menolak untuk berkomunikasi integritas filosofi dalam proses manajerial, sikap pribadi individu karyawan yang mungkin karena kurangnya motivasi atau ketidakpuasan di tempat kerja, disebabkan ketidakefisienan integritas kesadaran dan kurangnya pelatihan yang memungkinkan mereka untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.
Selain hambatan bahasa, kurangnya integritas struktur organisasi yang efektif dan efisien untuk alur yang baik bagi informasi dan kurangnya perhatian terhadap integritas dalam manajemen pendidikan sebagai pembahasan, menjadi rintangan bagi efisiensi integritas dan usaha etika dalam akuisisi kompetensi. Sebagai akibat dari kesalahan manajemen karena kendala tersebut, mahasiswa dan fakultas sebagai administrasi universitas tidak dapat memperoleh kompetensi canggih. yang dibutuhkan dalam peran manajerial sehari-hari, pada saat yang sama gagal untuk memperoleh komunikasi etis, integritas manajemen dan keterampilan komunikasi antarbudaya.
Integritas dan pembelajaran antarbudaya menantang kita untuk menghadapi pengalaman baru dan memungkinkan kita untuk mengembangkan pola pikir global, tidak hanya secara fisik, tetapi juga di dunia maya. Inovasi dan integritas belajar berasal dari pengalaman baru, dari melebihi keselamatan apa yang kita ketahui dan dari pembelajaran hidup yang berasal dari sesuatu yang baru dan berbeda. Sebuah pola pikir global memungkinkan kita untuk mengatasi kendala dari budaya sendiri dan untuk melihat dunia untuk apa sebenarnya. Dalam rangka untuk mengikuti cepatnya globalisasi dunia, orang perlu untuk bekerja lintas disiplin dan berpikir secara holistik. Untuk merangkul inovasi dalam kepenatan organisai perguruan tinggi, orang harus belajar untuk beradaptasi dan fleksibel agar mampu mengatasi perubahan yang terjadi dengan kecepatan cahaya. Integritas proses dan filsafat pendidikan ditransfer menggunakan E-learning, belajar, media sosial dan lingkungan belajar yang dipersonalisasi, dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk memperoleh kompetensi integritas dalam manajemen.

Kata kunci: Manajemen kompleksitas, pendidikan universitas, integritas




A.  Analisis Tata Tulis Abstrak Managing Complexity in Higher Education Innovative Ways of Integrity Teaching and Intthrough Education Management Using Innovative Case”
Setiap penelitian ilmiah yang akan dipublikasikan biasanya mempersyaratkan penulisan abstrak untuk setiap naskah yang diterbitkan. Penulis naskah pada umumnya telah melengkap naskah mereka dengan abstrak yang dimaksud walaupun belum semua dalam bahasa Inggris. Termasuk Peter Odrakiewicz yang menuliskan hasil penelitiannya dilengkapi dengan abstrak agar dapat diterbitkan di link journal Ebscho. Abstrak berbeda dengan ringkasan, terdapat perbedaan yang sangat nyata antara abstark dan ringkasan, dilihat dari tujuan, isi, dan bentuknya. Penulis akan menganalisis abstrak dari jurnal Peter Odrakiewicz secara tata tulis, yaitu:
Kedua, terlalu rinci dengan memuat hal-hal yang tidak diperlukan dalam abstrak misalnya, penjelasan tentang metodologi penelitian, rumus-rumus yang dipakai dalam pengolahan data, serta hasil, kesimpulan, dan saran yang lengkap. Ketiga, terlalu. Misalnya, tidak menyebutkan masalah dan hasil penelitian sama sekali. Keempat, tidak memuat hal-hal yang pokok dalam isi naskah sungguhpun telah memberikan uraian yang cukup panjang, sehingga tidak memberikan daya tarik untuk membacanya lebih lanjut. Kelima, bahasa Ingggris yang dipergunakan tidak informatif, karena kesalahan-kesalahan dalam pemilihan kata dan tata bahasa.
1.    Panjangnnya kalimat abstrak
Dilihat dari panjang atau jumlah katanya, abstrak lebih singkat dari ringkasan yang berarti informasi yang diberikan melalui abstrak lebih sedikit dibandingkan dengan ringkasan. Perbedaan ini jelas terlihat dari penyajiannya,  abstrak terdiri atas maksimal 3 paragraf dengan jumlah sekitar 250 kata, dengan spasi 1(Sekolah Pasca UGM, 2012:17). Abstrak yang dibuat Peter Odrakiewicz hanya terdiri dari 2 paragraf, dengan spasi 1 dan terdiri dari kurang lebih 160 kata. Hal ini menunjukkan abstrak masih sesuai aturan panjang abstrak.
2.    Abstrak singkat dan berisi pokok bahasan
Abstrak yang ditulis Peter Odrakiewicz tidak memberikan isi gagasan yang lengkap serta tidak mengikuti sistematika dalam naskah aslinya tetapi secara singkat memberikan pokok-pokok gagasan yang dibicarakan dalam naskah aslinya. Singkatnya abstrak membuat abstrak tidak memberikan informasi yang mendorong pembaca untuk membaca naskah itu lebih lanjut
3.    Cakupan abstrak disesuaikan jenis abstrak
Abstrak terdiri dari dua jenis yaitu abstrak deskriptif dan abstrak informative. Abstrak deskriptif menggambarkan hanya tujuan dan ruang lingkup isi tulisan tetapi tidak menyebutkan hasil dan kesimpulan isi tulisan. Sedangan abstrak yang bersifat informatif memberikan penjelasan tentang latar belakang masalah, masalah, pendekatan/metode, hasil, dan kesimpulan isi tulisan. Oleh karena unsur-unsurnya lebih banyak, maka abstrak informati lebih panjang dari abstrak deskriptif. Tulisan-tulisan dalam jurnal ilmiah biasanya menggunakan abstrak informatif. Walaupun abstrak informatif terdiri atas satu paragraph dengan jumlah sekitar 200 kata, informasi dalam abstrak diharapkan mencakup a. latar belakang masalah, b. rumusan masalah, c. pendekatan atau metode, d. hasil, dan e. kesimpulan pembahan. Masing-masing unsur-unsur itu disebutkan secara ringkas tetapi mudah dipahami.
a.       Latar Belakang Masalah
latar belakang masalah menyebutkan situasi/kondisi yang menimbukan masalah dan perlu untuk dikaji secara ilmiah. Keberhasilan dalam menggambarkan latar belakang masalah itu dengan menarik, mendorong pembaca meneruskan membaca abstrak sampai selesai dan keseluruhan isi naskah. Sebaliknya, kegagalan menarik perhatian pembaca melalui latar belakang masalah ini, dapat membuat pembaca tidak melanjutkan membacanya. Peter Odrakiewicz mampu menyajikan latar belakang masalah dengan cukup menarik.
Adapun latar belakang masalah penelitian Peter Odrakiewicz yaitu berusaha untuk menunjukkan manajemen kompleksitas dalam pendidikan tinggi melalui cara-cara inovatif dalam integritas pengajaran dan integritas manajemen pendidikan, etika komunikasi dan manajemen pengajaran antarbudaya di perguruan tinggi dan universitas. Hal ini dikarenakan perguruan tinggi merupakan suatu institusi yang kompleks dalam berbagai budaya dengan segala permasalahan yang ada. Agar permasalahan yang kompleks dapat ditangani maka perlu manajemen kompleksitas yang inovatif.
b.      Rumusan Masalah
Rumusan masalah menyatakan hal pokok yang dibahas atau pertanyaan yang akan dijawab dalam tulisan berikutnya. Masalah hendaknya dirumuskan dengan singkat tanpa rincian, walaupun dalam isi tulisan masih dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan. Sudah barang tentu rumusan masalah terkait langsung dengan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya.  Adapun rumusan masalahnya yaitu bagaimana menerapkan manajemen kompleksitas yang inovatif di perguruan tinggi, kendala apa yang dihadapi dan dampaknya serta bagaimana solusinya, hal ini terlihat dari alur kerangka berpikir abstrak.
c.       Pendekatan dan Metodologi Penelitian
Pendekatan atau metodologi yang dipergunakan dalam mengkaji masalah itu disebutkan yang utama saja , misalnya menyebutkan populasi tetapi tidak menyebutkan teknik sampling dan jumlah sampel. Dalam menuliskan tentang metodologi dihindari rumus-rumus statistik dalam pengolahan dan analisis data, jadi sangat bersifat deskriptf dan singkat. Peter Odrakiewicz menyebutkan pendekatan penelitian yang dilakukan yaitu dengan studi kasus dan contoh nyata yang ada di perguruan tinggi Kanada.
d.      Hasil Penelitian
Hasil berisi inti jawaban atau temuan yang diperoleh dari pembahasan yang dilakukan. Hasil hendaknya disebutkan secara nyata tetapi tidak rinci. Hendaknya tetap dijaga agar informasi singkat tentang hasil itu menimbulkan keinginan pembaca mengetahui lebih rinci dan lengkap sehingga menggugahnya membaca isi naskah secara lengkap. Apabila rumusan hasil dituliskan secara lengkap dapat mengurangi motivasi pembaca membaca isi naskah secara lengkap karena merasa telah mengetahui hasilnya dengan m,embaca abstrak.
Adapun hasil penelitian Peter Odrakiewicz yaitu ditemukan beberapa kendala untuk menrapkan manajemen kompleksitas di perguruan tinggi. Kendala tersebut diantaranya, manajemen integritas yang buruk, kurangnya konsultasi dengan karyawan, perusak manajemen dilakukan oleh pemilik karena tidak menyadari, sikap pribadi individu karyawan yang mungkin karena kurangnya motivasi atau ketidakpuasan di tempat kerja, disebabkan ketidakefisienan integritas kesadaran dan kurangnya pelatihan yang memungkinkan mereka untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Selain hambatan bahasa, kurangnya integritas struktur organisasi yang efektif dan efisien untuk alur yang baik bagi informasi dan kurangnya perhatian terhadap integritas dalam manajemen pendidikan sebagai pembahasan. Adapun dampaknya yaitu gagal memperoleh pelayanan terbaik pada mahasiswa, dan fakultas gagal mendapatkan kompetensi canggih dan komunikasi etis. Solusi dari kendala yang ada yaitu dengan integritas manajemen dan pemebelajaran.
e.    Kesimpulan
Apabila hasil kajian menggambarkan temuan atau sintesis dari pembahasan, maka kesimpulan menujukan arti dan implikasi hasil kajian. Kesimpulan, termasuk saran yag diajukan atas dasar hasil /temuan kajian.. Sudah barang tentu kesimpulan menjawab pertanyaan atau masalah yang dikemukakan sebelumnya. Mengingat ketentuan dalam menulis abstrak, khususnya berkaitan dengan panjangnya abstrak, kesimpulan dirumuskan secara padat tetapi menggambarkan inti kajian. Adapun kesimpulan dari Peter Odrakiewicz yaitu Integritas proses dan filsafat pendidikan ditransfer menggunakan E-learning, belajar, media sosial dan lingkungan belajar yang dipersonalisasi, dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk memperoleh kompetensi integritas dalam manajemen.
f.     Kata-Kata Kunci
Uraian abstrak biasanya diikuti dengan pencantuman kata-kata kunci yang berjumlah paling sedikit tiga kata/frase. Kata-kata kunci itu mencerminkan konsep-konsep utama yang dibahas dalam tulisan itu. Tidak harus setiap kata kunci tertera pada uraian abstrak tetapi harus terlihat pada isi tulisan. Kata-kata kunci yang dimaksud adalah konsep bukan semua istilah yang dipakai dalam tulisan itu. Adapun maksimal yaitu 5 kata kunci (Sekolah Pasca UGM, 2012: 16). Abstrak dari Peter Odrakiewicz sudah memenuhi persyaratan maksimal dan minimal kata kunci yaitu tiga kata kunci, manajemen kompleksitas, pendidikan universitas, integritas
4.    Penulisan Jurnal Internasional dengan bahasa Inggris
Jurnal Internasional mepersyaratkan menuliskan abstrak setiap tulisan dalam bahasa Inggris. Termasuk Peter Odrakiewicz yang ,emuliskan abstraknya dalm bahasa Inggris, meskipun ia orang Kanada.



B.  Analisis Abstrak Managing Complexity in Higher Education Innovative Ways of Integrity Teaching and Intthrough Education Management Using Innovative Case” Berdasarkan Ilmu dari Mata Kuliah di Manajemen Pendidikan Tinggi.
Abstrak yang ditulis oleh Peter Odrakiewicz menggambarkan betapa kompleksnya pendidikan tinggi, oleh karena itu perlu manajemen kompleksitas  yang inovatif di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebuah instusi yang sangat kompleks dengan peran vital yaitu menghasilkan lulusan berkualitas dan kompeten menuju Indonesia Emas tahun 2020, dengan persaingan tanpa batas.. Pendapat Peter Odrakiewicz ini memperkuat untuk tetap berdirinya Magister Manajemen Pendidikan Tinggi di Indonesia di Sekolah Pasca Universitas Gadjah Mada. Perhatian lebih terhadap manajemen perguruan tinggi sangat diperlukan untuk menjaga keberlangsungan perguruan tinggi yang siap bersaing di dunia Internasional.
Kesadaran pentingnnya manajemen pendidikan dalam perguruan tinggi juga menginspirasi DIKTI untuk mengukuhkan UU nomor 12 tahun 2012, tentang pengelolah pendidikan tinggi di Indonesia. Hal ini menunjukkan pemerintah Indonesia memberikan perhatian lebih pada manajemen pendidikan tinggi.Menurut bapak Sahid disebutkan pula bahwa sebuah perguruan tinggi hidup dipengaruhi oleh factor financial, factor manajem, dan factor luar/Globalisasi dunia. Perhatian lebih pada manajemen pendidikan tinggi menjadi sebuah keharusan, karena manajemen ini yang akan mengatur factor keungan dan faktor eksternal.
Adapun beberapa masalah yang dihadapi perguruan tinggi menurut Peter Odrakiewicz diantaranya permasalah pengelolahan antarbudaya, permasalahan tenaga kependidikan terkait etos kerja yang rendah dan stress, dosen yang kurang mampu mengajar dengan teknologi, struktur birokrasi yang kaku, etika dalam perguruan tinggi yang kurang, dan komunikasi yang gagal. Permasalahan itu juga dihadapi oleh Indonesia, termasuk UGM. Peter Odrakiewicz mengusulkan pemecahan masalah dengan “Integritas Pembelajaran/Pembelajaran beretika dan Integritas Manajemen Pendidikan”. Bila diamati solusi yang diberikan Peter Odrakiewicz merupakan solusi dari sisi Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), hal ini menunjukkan peran penting SDM dalam mencapai keunggulan berkesinambungan dalam organisasi termasuk perguruan tinggi. Pernyataan ini sesuai dengan teori Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), bahwa MSDM menjadi sebuah keunggulan bersaing yang berkesinambungan dan merupakan strategi yang tepat. (Noe et.al, 2006).
Adapun strategi nyata dari Peter Odrakiewicz dengan pembelajaran beretika dan manajemen beretika. Peter Odrakiewicz menyadari pentingnnnya etika dalam sebuah perguruan tinggi, hal ini dikarenakan permasalahan yang ada di perguruan tinggi dikarenakan tidak adanya etika/tidak bermoral. Etika muncul melalui pembelajaran studi kasus dan meningkatkan nilai spiritualitas. Hal ini memperkuat pemahaman penulis dari mata kuliah MSDM tentang hal yang penting namun belum diperhatikan pendidikan tinggi yaitu nilai spiritualitas. Nilai spiritualitas tidak hanya mengajarkan tahu ilmu agama, tapi memahami dan menerapkan etika dalam kehidupan sehari-hari. Perguruan tinggi Indonesia menghadapi berbagai permasalahan seperti KKN pegawai, penyelewengan kerja dosen dan tenaga kependidikan, rendahnya moral mahasiswa dan permasalahan kompleks lain karena etika dan nilai spiritualitas yang sangat kurang.
Solusi pembelajaran beretika kepada dosen, tenaga pendidikan dan mahasiswa, merupakan sebuah solusi tepat menuju organisasi yang pembelejar, sebagai upaya manajemen pengetahuan di perguruan tinggi. Sesuai mata kuliah perilaku organisasi bahwa dunia itu berubah dengan ketidakpastiaanya, oleh karena itu perlu strategi untuk menghadapinya yaitu menjadi “learning organization” (Robbins et. al, 2008). Selama ini perguruan tinggi masih jauh dari prinsip learning organization, oleh karena itu perlu adanya perubahan dalam organisasi perguruan tinggi untuk menjadi pembelajar beretika.
Menurut Robbins et. al, (2008), organisasi yang berubah dan pembelajra adalah organisasi yang melakukan sharing visi, memiliki mental model, berpikir sistem,  berprinsip pembelajran tim dan personal mastery. Langkah-langkah yang diungkapkan Robbins et. al menurut penulis sangat tepat untuk dilakukan dengan memegang teguh etika. Agar langkah pembelajaran beretika dapat terwujud maka perlu komponene yang mendukung hal ini juga dijelaskan oleh bapak Sahid dan bapak Djamaludin Ancok sesuai pendapat Robbins et. al, (2008), yaitu komponen Struktutur organisasi yang fleksibel, leadership yang kompeten, dan SDM yang berkualitas. Apabila komponen yang ada mendukung tentunya dosen, tenaga pendidik, dan mahasiswa dapat terus melakukan pembelajaran yang beretika.
Strategi kedua menurut Peter Odrakiewicz yaitu manajemen pendidikan tinggi yang beretika. Selama ini manajemen pendidikan tinggi yang berkembang di Indonesia yaitu manajemen pendidikan konvensional tanpa memperhatikan etika. Diharapkan denga MMPT ini dapat menghasilkan ahli dan praktisi manajemen pendidikan tinggi yang beretika. Manajemen ini berusaha menerapakan sistem manajemen seperti pada umumnya yaitu perencanaan, pengorganisasian, staffing, pelaksanaan, pengawasan, pengontrolan dan evaluasi berbasis etika/moral/spiritual. Ketika semua fungsi manajemen berbasis etika maka setiap pelaksanaan dan pelaksananya akan berusaha bertanggung jawab dan tidak menyimpang.
Dua strategi menurut Peter Odrakiewicz memang tepat juga di terapkan di pendidikan tinggi di Indonesia, melihat permasalahan dan ketimpangan pendidikan tinggi di Indonesia. Integritas pembelajaran terus-menerus dan manajemen pendidikan tinggi yang beretika, mengantarkan perguruan tinggi untuk mampu bersaing di dunia internasional dengan tetap memegan prinsip jati diri Indonesia yang bermoral.


DAFTAR PUSTAKA

Indrajit dan Djokopranoto, (2006) Manajemen Perguruan Tinggi Modern, Yogyakarta: Andi Offset.
Noe, R.A, Hollenbeck, J.R., Gerhart, B., dan Wright, P.M. (2006). Human Resource Management. (5th.ed.) Singapore: McGraw-Hill Irwin.
Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A., (2008), Perilaku Organisasi Buku 2, Jakarta: Salemba Empat.
Sekolah Pascasarjana UGM, (2012), Petunjuk Usulan Penelitian dan Tesis, Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM.

Sabtu, 26 Januari 2013

Mengenal Lebih Dekat UGM



MENGENAL LEBIH DEKAT UNIVERISTAS GADJAH MADA

A.  Latar Belakang Masalah
            Pendidikan sangat penting untuk setiap orang karena pendidikan itu sendiri menyangkut masa depan, serta merupakan upaya untuk mencerdaskan anak bangsa. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin bertambah wawasan dan pengetahuan. Menuju Indonesia Emas tahu 2020, generasi Indonesia haruslah minimal mengenyam pendidikan tinggi. Hal ini melihat persaingan bebas tanpa batas sedunia.. Menghadapi persaingan global tanpa batas, Indonesia harus menyiapkan generasi yang berkualitas dan siap bersaing.
            Salah satu aspek penting pendidikan yaitu pendidikan tinggi, yang menghasilkan lulusan kompeten dengan ilmu dan professional keahlian. Pemerintah dan masyarakat harus lebih mengenal dan memperhatikan pendidikan tinggi. Salah satu upaya penulis mencapai tujuan itu yaitu menulis tentang UGM. Hal ini bertujuan agar siswa lulusan SMA lebih mengenal dan mengetahui UGM. Diharapkan siswa SMA nantinya tidak salah memilih jurusan bahkan universitas di Indonesia.

B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah karya tulis ini yaitu:
1.    Bagaimana sejarah UGM?
2.    Apa visi, misi, dan tujuan UGM?
3.    Apa cita-cita UGM?
4.    Apa saja fasilitas UGM?
5.    Apa keunggulan UGM?
6.    Apa kelemahan UGM?

C.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini yaitu:
1.    Menjelaskan sejarah UGM
2.    Menjelaskan visi, misi, dan tujuan UGM
3.    Menjelaskan cita-cita UGM
4.    Mengetahui fasilitas UGM
5.    Mengetahui keunggulan UGM
6.    Mengetahui kelemahan UGM

D.  Manfaat Penulisan
                        Dalam pelaksanaan karya wisata pastilah mempunyai manfaat yng sangat penting, diantaranya agar siswa dapat meningkatkan  ilmu pengetahuan yang telah di dapat selama ini, dan dengan diadakannya karya wisata dapat pula menambah pengalaman bagi siswa. Siswa SMA dapat lebih mengetahui dan mengenal Univeritas Gadjah Mada, universitas terbesar di Indonesia.
E.  Metode Penulisan
     Di dalam pembuatan karya tulis ini perlu adanya metode. Adapun metode pengumpulan data:
1.     Informatikan
     Secara tidak lansung, mendengakan  penjelasan yang di berikan petugas, bertanya pada mahasiswa UGM.
2.     Obsevasi
     Mengamati objek secara lansung dengan  indera  tubuh. Penulis langsung dating ke jogja untuk mengetahui tentang UGM.
3.    Studi Pustaka
     Penulis mengumpulkan data secara langsung dari buku-buku tentang UGM dan dari website UGM.

F.    Sistematika Penulisan
                        Agar memperoleh hasil yang rapi dan  baik dalam membuat dan menyusun karya tulis, maka perlu di buat sistematika. Adapun sistematika dalam laporan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
B.  Rumusan Masalah
C.  Tujuan Penulisan
D.  Manfaat Penulisan 
E.   Metode Pengumpulan Data
F.   Sistematika Penulisan
BAB II MENGENAL LEBIH DEKAT UNIVERSITAS GADJAH MADA (UGM)
A.  Sejarah UGM
B.  Visi, Misi, dan Tujuan UGM
C.  Cita-Cita UGM
D.  Struktur UGM
E.   Fasilitas UGM
F.   Keunggulan UGM
G.  Kelemahan UGM
BAB III  PENUTUP
A.  Simpulan
B.  Saran
DAFTAR PUSTAKA









BAB II
MENGENAL LEBIH DEKAT UNIVERSITAS GADJAH MADA (UGM)

A.  Sejarah UGM
Gedung SMT Kotabaru, 24 Januari 1946, kelihatan dipenuhi pengunjung. Mereka adalah orang-orang yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap peningkatan martabat manusia Indonesia. Di antara mereka teriihat Mr. Boediarto, Ir. Marsito, Prof. Dr. Prijono, Mr. Soenarjo, Dr. Soleiman, Dr. Buntaran, Dr. Soeharto. Mereka bermaksud mendirikan Balai Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta.
Dalam pertemuan itu, Mr. Soenarjo, menegaskan bahwa di Jakarta, NICA sudah mendirikan Universitas. Bangsa Indonesia tidak boleh gagal mendirikan universitas. "Lebih- lebih sekarang, pada waktu pembangunan, waktu kita butuhkan bermacam-macam ilmu pengetahuan", tambah Mr. Soenarjo.  Pertemuan di atas diikuti oleh beberapa pertemuan berikutnya, salah satunya adalah pertemuan di Gedung KNI Malioboro, tanggal 3 Maret 1946. Dalam pertemuan ini, diumumkan berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, yang terdiri atas Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan. Pertemuan ini, diumumkan berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, yang terdiri atas Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan
Berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, maka pada tahun 1 946 terdapat dua perguruan tinggi di Yogyakarta. Yang satu lagi adalah Sekolah Tinggi Teknik, yang berdiri tanggal 17 Februari 1946. Sekolah Tinggi Teknik ini merupakan usaha penghidupan kembali Sekolah Tinggi Teknik Bandung, yang terpaksa ditutup karena suasana perang antara Indonesia dan tentara sekutu di antara pemimpinnya, tersebutlah nama Prof. Jr. Rooseno dan Prof. Ir. Wreksodhiningrat.itulah sebabnya mahasiswa Fakultas Teknik Bandung dapat melanjutkan pendidikannya dan menempuh ujian insinyur di Sekolah Tinggi Teknik Yogyakarta.
Setelah penyerbuan Belanda ke Yogyakarta, 19 Desember 1948, kedua perguruan tinggi di atas terpaksa ditutup. Para dosen dan mahasiswanya memilih berjuang menentang Belanda ketimbang melanjutkan proses belajar-mengajar. Tetapi. peralatan kuliah tetap dipelihara dengan baik oleh para mahasiswa. Klaten sekarang tentu saja berbeda dengan Klaten di tahun 1946. Perbedaan yang menyolok adalah soal pendidikan tinggi. Kini Klaten tidak memiliki perguruan tinggi. Tetapi, Klaten tahun 1946 adalah kota pendidikan. disini berdiri, antara lain Perguruan Tinggi Kedokteran (berdiri 5 Maret 1946), Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan (berdiri 20 September 1 946), Sekolah Tinggi Farmasi (berdiri 27 September 1946), dan Pergurutan Tinggi Pertanian (berdiri 27 September 1946).
Mengapa Klaten dipilih sebagai tempat pendirian beberapa perguruan tinggi? Jawabnya. karena Klaten terletak di pedalaman. Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya tidak mungkin lagi menyelenggarakan pendidikan tinggi. Sebab, ketiga kota tersebut sering kali dibom oleh tentara sekutu. Para pejuang Indonesia di ketiga kota tersebut tidak tinggal diam. Mereka juga balas menyerang sekutu. Akibatnya, ketiga kota ini menjadi ajang pertempuran.
Alasan lain adalah, adanya laboratorium pendukung dan lnstitut Pasteur. Laboratorium disediakan oleh Rumah Sakit Tegalyoso. Sedangkan Institut Pasteur di Bandung, setelah diambil alih oleh bangsa Indonesia dari tangan Jepang, 1 September 1945, dipindahkan ke Klaten (Salah seorang yang ikut memindahkan institut ini adalah Prof. Dr. M, Sardjito). Kehidupan perguruan tinggi di Klaten makin marak dengan berdirinya Fak. Kedokteran Gigi awal tahun 1948. Hal ini berlangsung sampai 19 Desember 1948, saat Belanda menyerbu ke dalam daerah Republik Indonesia.
Tujuh bulan sebelum penyerbuan Belanda ke dalam Republik Indonesia, tepatnya awal Mei 1948, Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan sesungguhnya sudah mendirikan Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta. Akademi ini berdiri atas usul Kementerian Dalam Negeri, yaitu untuk mendidik calon-calon pegawai Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri dan Dep. Penerangan.
Pada saat berdiri, Akademi Ilmu Politik ini dipimpin oleh Prof. Djokosoetono, S.H. Beberapa pegawai Dep. Dalam Negeri yang belajar di sini, antara lain: Djumadi lsworo, Soempono Djojowadono, Irnan Soetikno, Bambang Soegeng Wardi dan Dradjat. Sayang, umur akademi ini tidak lama. Setelah pemberontakan PKI Madiun meletus, September 1948, akademi ini ditinggalkan para mahasiswanya. Mereka ikut menumpas pemberontakan dan membangun kembali kerusakan-kerusakan yang terjadi. Maka akademi ini pun terpaksa ditutup.
Kalau di atas di ceritakan bahwa perguruan-perguruan tinggi yang terpaksa ditutup di Klaten dan Yogyakarta adalah perguruan tinggi yang sudah beroperasi, di Solo ada perguruan tinggi yang sudah dibuka terpaksa batal diresmikan. Yakni: Balai Pendidikan Ahli Hukum. Perguruan tinggi ini berdiri 1 November 1948, sebagai hasil kerja sama Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dengan Kementerian Kehakiman.
Bersamaan dengan itu, Panitia Pendirian Perguruan Tinggi Swasta di Solo, yang dipimpin oleh Drs. Notonagoro, S.H., Koesoemadi, S.H. dan Hardjono, S.H., juga merencanakan pendirian Sekolah Tinggi Hukum Negeri. Bersamaan dengan itu, Panitia Pendirian Perguruan Tinggi Swasta di Solo, yang dipimpin oleh Drs. Notonagoro, S.H., Koesoemadi, S.H. dan Hardjono, S.H., juga merencanakan pendirian Sekolah Tinggi Hukum Negeri. Panitia ini menyarankan agar Balai Pendidikan Ahli Hukum digabungkan saja dengan Sekolah Tinggi Hukum Negeri. Paling tidak untuk melakukan efisiensi. Usul ini, rupanya, diterima pemerintah. Buktinva, Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1948 menyebutkan bahwa Balai Pendidikan Ahli Hukum digabungkan ke dalam Sekolah Tinggi Hukum Negeri.
Menurut Prof. Dr. M. Sardjito, Sekolah Tinggi Hukum Negeri Solo ini akan diresmikan tanggal 28 Desember 1948. Tetapi, sembilan hari sebelum peresmian, Belanda sudah menyerbu ke wilayah Republik Indonesia. Apa boleh buat, perjuangan menentang Belanda menjadi prioritas. Akibatnya, sekolah tinggi ini layu sebelum menguntum dan terpaksa bubar sebelum diresmikan.
Tidak banyak yang ingat kapan persisnya timbul ide untuk menggabungkan beberapa perguruan tinggi perjuangan (Sebutan ini, diberikan oleh Prof. Ir. Herman Johannes) tersebut di atas menjadi sebuah perguruan tinggi. Tetapi, menurut Prof. Dr. M. Sardjito, tanggal 20 Mei 1949, ada rapat Panitia Perguruan Tinggi, di Pendopo Kepatihan Yogyakarta. Rapat ini dipimpin oleh Prof. Dr. Soetopo, dengan anggota rapat antara lain, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Dr. M. Sardjito, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Ir. Harjono, Prof. Sugardo dan Slamet Soetikno, S.H. Salah satu hasil rapat adalah: beberapa anggota rapat menyanggupi pendirian perguruan kembali di wilayah republik, yaitu Yogyakarta. Mereka yang bersedia adalah Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Harjono dan Prof. Dr. M. Sardjito.
Kesulitan utama yang ditemui para Guru Besar tersest di atas dalam mendirikan kembali perguruan tinggi di Yogya adalah tidak adanya ruangan untuk kuliah. Untunglah Sultan Hamengku Buwono IX bersedia meminjamkan kraton dan beberapa gedung di sekitar kraton untuk ruangan kuliah. Masalah utama pun terpecahkan. Setelah itu persiapan lain pun dimatangkan.
Usaha keras para Guru Besar tersebut akhirnya membuahkan hasil. Tanggal 1 November 1949, di Kompleks Peguruan Tinggi Kadipaten, Yogyakarta, berdiri kembali Fakultas Kedokteran Gigi dan Farmasi, Fakultas Pertanian., dan Fakultas Kedokteran. Pembukaan ketiga fakultas ini dihadiri oleh Bung Karno. Pada pembukaan ini, menurut Prof. Dr. M. Sardjito, diadakan sebuah renungan bagi para dosen dan mahasiswa yang telah gugur dalam peperangan melawan Belanda, yaitu: Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Ir. Notokoesoemo, Roewito, Asmono, Hardjito dan Wurjanto.
Keesokan harinya, 2 November 1949, giliran FakultasTeknik, Akademi Ilmu Politik dan beberapa fakultas yang berada di bawah naungan Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada yang diresmikan. Kota Yogyakarta pun kembali marak dengan mahasiswa. Keesokan harinya, 2 November 1949, giliran FakultasTeknik, Akademi Ilmu Politik dan beberapa fakultas yang berada di bawah naungan Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada yang diresmikan.
Sebulan kemudian, tepatnya 3 Desember 1949, dibuka pula Fakultas Hukum di Yogyakarta. Fakultas ini merupakan pindahan Sekolah Tinggi Hukum Negeri Solo. Orang yang berjasa dalam pemindahan ini adalah Prof. Drs. Notonagoro, S.H. tidak mudah mencari informasi mengapa pada tanggal 2 November 1949 tidak langsung didirikan sebuah universitas yang bisa menaungi 3 fakultas yang berdiri pada saat itu. Di samping orang-orang yang terlibat dengan pendiriannya sudah meninggal dunia, dokumentasi yang dimiliki Universitas Gadjah Mada (UGM) tidak pernah menyinggung hal tersebut. Adalah wajar kalau kemudian perlu disarankan kepada UGM untuk mencari alasan tersebut. Paling tidak untuk menyempurnakan riwayat pendirian Universitas Gadjah Mada.
Tetapi, beroperasinya kembali 8 fakultas tersebut di atas sejak 1 November 1949, mendorong lahirnya UGM, 19 Desember 1949. Tanggal ini dipilih, seperti disebut Bung Karno. adalah untuk memperlihatkan kepada dunia luar bahwa Bangsa Indonesia sanggup bangkit, meskipun sudah diserang habis-habisan oleh Belanda, 19 Desember 1948, dengan kata lain tanggal 19 Desember 1949 dipilih untuk menghilangkan noda 19 Desember 1948.
Pada saat berdirinya, menurut Peraturan Pcmerintah No. 23 Tahun 1949, UGM memiliki enam fakultas, yaitu: (1) Fakultas Teknik (di dalamnya termasuk Akademi Ilmu Ukur dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Ilmu Alam dan Ilmu Pasti) ; (2) Fakultas Kedokteran di dalamnya termasuk bagian Farmasi, bagian Kedokteran Gigi dan Akademi Pendidikan Guru bagian Kimia dan limu Hayat; (3) Fakultas Pertanian di dalamya ada Akademi Pertanian dan Kehutanan; (4) Fakultas Kedokteran Hewan; (5) Fakultas Hukum di dalamnya ada Akademi Keahlian Hukum, Keahlian Ekonomi dan Notariat, Akademi Ilmu Politik dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Tatanegara, Ekonomi dan Sosiologi; dan (6) Fakultas Sastra dan Filsafat di dalamnya ada Akademi Pendidikan Guru bagian Sastra.
Pada saat peresmian berdirinya UGM, Prof. Dr. M. Sardi . ito ditetapkan sebagai Presiden UGM. Pada saat yang sama juga ditetapkan Senat UGM dan Dewan Kurator UGM. Mengenai yang terakhir ini, kepengurusannya terdiri dari ketua (Ketua Kehormatan adalah Sultan Hamengku Buwono IX, sedangkan Ketua adalah Sri Paku Alam VIII, wakil ketua dan anggota. Ini menimbulkan pendapat bahwa ketika UGM lahir, ia memang telah siap untuk meneruskan perjuangan, yaitu meningkatkan martabat manusia Indonesia. Dari rentetan riwayat perjuangan mendirikan UGM di atas, tidak berlebihan rasanya bila disimpulkan bahwa pendirian UGM adalah usaha untuk meneruskan perjuangan. Ini perlu menjadi pegangan bagi seluruh sivitas akademika UGM
B.  Visi, Misi, dan Tujuan UGM
1.    Visi
Perguruan tinggi nasional berkelas dunia yang inovatif dan unggul, mengabdi kepada kepentingan bangsa dan kemanusiaan, dijiwai nilai-nilai budaya bangsa berdasarkan Pancasila.
2.    Misi
a.     Mendidik bangsa Indonesia menjadi manusia susila yang cakap dan memiliki integritas berdasarkan Pancasila.
b.     Mengembangkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan bagi kemandirian dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
3.    Tujuan
Menjadikan Universitas Gadjah Mada sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia dengan reputasi internasional melalui:
a.       Pendidikan tinggi yang berkualitas dalam rangka menghasilkan lulusan yang unggul dan kompeten.
b.        Penelitian yang menjadi rujukan nasional yang berwawasan lingkungan, aplikatif, dan responsif terhadap permasalahan masyarakat, bangsa, dan negara.
c.         Pengabdian kepada masyarakat yang mampu mendorong kemandirian dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
d.        Tatakelola universitas yang berkeadilan, transparan, partisipatif, akuntabel dan terintegrasi antar bidang guna menunjang efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya yang tangguh dan berdaya guna secara berkelanjutan.
e.         Kerjasama yang strategis, sinergis, dan berkelanjutan dengan para mitra.
4.    Sasaran
Untuk tujuan “Menjadi universitas riset kelas dunia yang beridentitas kerakyatan dan berakar pada sosio-budaya Indonesia” :
1.        Terwujudnya pembelajaran berbasis riset
2.        Tercapainya peningkatan reputasi dan akreditasi internasional di bidang Pendidikan, Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat
3.        Tercapainya peningkatan jejaring kerjasama internasional
4.        Tercapainya peran UGM yang selalu meningkat dalam penyelesaian masalah bangsa dengan pendekatan kerakyatan dan sosio-budaya Indonesia mencakup advokasi keunggulan lokal ke tingkat dunia
Untuk tujuan “Menjadi Universitas yang mandiri dan bertata kelola baik (Good University Governance)” :
a.    Tuntas status dan transfer aset tetap
b.    Tuntas penyiapan sistem manajemen dan tahapan menuju pengelolaan SDM PT BHMN
c.    Tersusunnya laporan keuangan sesuai standar akuntansi yang berlaku bagi universitas yang mandiri
d.   Tercapainya good governance dalam sistem manajemen
b.    Tercapainya peningkatan berkelanjutan kapasitas kerjasama dan pengembangan usaha

C.  Cita-cita

Mengapa UGM mendapat julukan universitas ndeso, banyak sudah orang yang tahu. Tetapi, apa cita-cita UGM, banyak orang yang belum kenal, termasuk sebagian besar mahasiswa UGM. Tidak heran kalau beberapa dosen UGM berpendapat bahwa cita-cita UGM perlu dipublikasikan secara luas.
Ada sumber yang sah dan pasti untuk melihat cita-cita UGM, yaitu Statuta UGM. Statuta UGM ini diakui dan dihormati oleh pemerintah. Buktinya, ia dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1950. Salah satu pasalnya, yaitu Pasal 3 menyebutkan, cita-cita UGM adalah untuk: (1) Membentuk manusia susila yang cakap dan mempunjai keinsjafan bertanggungjawab tentang kesejahteraan masjarakat Indonesia khususnja dan dunia umumnya untuk berdiri pribadi dalam mengusahakan ilmu pengetahuan dan memangku djabatan Negeri atau pekerdjaan masyarakat yang membutuhkan didikan dan pengajaran berilmu pengetahuan; (2) Mengusahakan dan memajukan ilmu pengetahuan; dan (3) menjelenggarakan usaha membangun, memelihara dan mengembangkan hidup karena kemasyarakatan dan kebudayaan.
Selain cita-cita khusus untuk mahasiswa, Senat UGM juga merumuskan cita-cita untuk Rektor,UGM, para dosen dan asisten dosen UGM, para mahasiswa UGM serta para alumni UGM. Cita-cita tersebut adalah:
  1. setia kepada kemanusiaan,
  2. setia kepada kenyataan,
  3. setia kepada ilmu pengetahuan,
  4. setia kepada bangsa dan masyarakat, dan
  5. setia kepada Negara Republik Indonesia



D.  Fasilitas UGM

1.    LPPM
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (LPPM UGM) adalah suatu lembaga yang terbentuk dari penggabungan antara Lembaga Penelitian UGM dengan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat UGM.
2.    PPTIK UGM
Perkembangan teknologi komputer dan komunikasi mendorong Pusat Komputer menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang menyelenggarakan tugas sebagai Pusat Pelayanan Teknologi Informasi UGM, sehingga pada 19 Juni 2004 UPT Komputer berubah menjadi Unit Penunjang Universitas (UPU) dengan nama Pusat Pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi UGM (PPTIK UGM) yang merupakan lembaga pelayanan yang berfokus  dalam penyediakan fasilitas dan layanan dibidang teknologi informasi dan komunikasi bagi mahasiswa, dosen, karyawan dan seluruh unit kerja dilingkungan UGM.
6.    KP4
Kebun Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan Pertanian/Agricuitural Training, Research, and Develop ment Station (KP4-ATRD) Universitas Gadjah Mada, didirikan sejak tahun 1975 dengan banruan The Rockefeller Foundation. Sesuai dengan SK Mendikbud No. 0132/0/93 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Gadjah Mada. KP4 memiliki status sebagai Sub Unit Sarana Penunjang Penelitian yang secara operasional bertanggung jawab kepada Rektor up. Pembantu Rektor I, sedangkan pembinaan personalnya di bawah Lembaga Penelirian Universitas Gadjah Mada.
7.    Bengkel UGM
9.    Gama Press
10.    GAMA-Net
11.    Perpustakaan
12.    Fakultas di UGM


1.    Biologi
3.    Farmasi
4.    Filsafat
5.    Geografi
6.    Hukum
7.    Ilmu Budaya
8.    Isipol
9.    Kedokteran
11.     Kedokteran Gigi
12.     Kedokteran Hewan
13.     Kehutanan
14.     MIPA
15.     Pertanian
16.     Peternakan
17.     Psikologi
18.     Teknik
19.     Teknologi Pertanian
20.     Sekolah Vokasi



E.  Keunggulan UGM
a.     Input mahasiswa adalah terbaik di Indonesia
Dirunut dari awal, input mahasiswa UGM merupakan pelajar-pelajar terbaik di negeri ini. Semua berkumpul di Universitas ini untuk: berkompetisi, berorganisasi, berkreasi, dan mencari kesenangan. Jadi lengkap sekali hal-hal yang bisa dilakukan di Universitas ini. Semua diakomodir, baik oleh pihak Kampus, ataupun dari mahasiswa UGM yang cerdas, kreatif, dan selalu beraksi. Jadi bukan saatnya berpikir masuk UGM hanya untuk kuliah dan kuliah.
b.     Fasilitas di UGM adalah terbaik.
Salah satu keunggulan UGM adalah fasilitasnya yang terbaik. Banyak fasilitas perkuliahan di Universitas ini yang menjadi satu-satunya di Indonesia. Dengan kampus terpadu yang tertata apik, megah, terawat, lengkap dan ramah lingkungan membuat mahasiswa selalu nyaman berada di dalam Universitas ini. Mungkin kampus terpadu seperti ini belum bisa anda rasakan di Universitas terkemuka lain.
c.     UGM univeritas kerakyatan yang murah
Saat ini adalah panas-panasnya isu pendidikan gratis-murah. Jangan berpikiran sempit, karena UGM adalah Universitas rakyat. Masuk UGM dengan uang Rp 0,- bukanlah hal sulit.
d.     UGM terdiri dari mahaiswa seIndonesia yang beranekaragam.
Sesuai dengan namanya, Universitas, UGM kaya dengan ilmu pengetahuan dan mahasiswa-mahasiswa yang beragam. Tidak seperti sebuah institut dan sejenisnya. Dengan begitu sangatlah mudah untuk menjalin sebuah kerjasama formal-informal/kelompok-perseorangan antar bidang kuliah yang amat beragam.
e.     Penjurusan yang jelas sejak awal kuliah.
Satu sisi yang membuat nyaman belajar di sini dibanding dengan sebuah institut lain, adalah awal masuk kita langsung diarahkan untuk belajar di Jurusan yang kita kehendaki. Kita tidak perlu menambah jerih payah selama satu tahun untuk berjuang menentukan Jurusan kita belajar dengan resiko keinginan kita akan suatu jurusan tidak tercapai jika kita tidak lolos dalam proses filtrasi.
f.      UGM terletak di kota pelajar
Perkuliahan tidak pernah lepas dari faktor eksternal lainnya, seperti tempat tinggal, pergaulan, dan sebagainya. Masalah seperti ini tidak akan kita temukan jika kita berkuliah di UGM, karena Universitas ini terletak di kota pelajar dan budaya, Yogyakarta. Dengan tingkat kebahagiaan penduduk paling tinggi, dan biaya hidup paling rendah, kota ini sangat amat nyaman dan pas untuk seorang mahasiswa yang sedang menempuh kuliah. Tidak seperti kota besar lainnya yang berbiaya hidup tinggi, polusi tingkat tinggi, kemacetan tak terelakkan, pergaulan yang ekstreme, dll. Ini akan sangat mengganggu kondisi mental seorang mahasiswa.


F.   Kelemahan UGM
1.    Cara masuk menjadi mahasiswa UGM sangat kaku dan dipersulit.
Saat ini semakin bertambah banyak atura saklek untuk masuk ke UGM. Mulai dari syarat TOEFEL, TPA, dan syarat lain. Hal ini membuat mahasiswa  yang berasal dari tempat yang terpencil atau terbelakang sulit masuk UGM.
2.    Terlihat tidak ada kesatuan visi antar fakultas.
Visi UGM yang utama dipahami berbeda-beda oleh setiap fakultas. Hal ini membuat langkah setiap fakultas berbeda-beda tidak sesuai visi UGM.
3.    Menghilangnya makna Kerakyatan di UGM
Semakin sedikitnya mahasiswa dari luar jawa dan semakin kakunya syarat masuk ke UGM membuat UGM jauh dari slogan UGM menjadi universitas kerakyatan.
BAB III
PENUTUP

1.    KESIMPULAN
Mempelajari data-data yang penulis peroleh dari peninjauan dan penelitian objek wisata, serta buku-buku panduan yang ada. Penulis akan memberikan kesimpulan, UGM adalah universitas kelas dunia yang terbesar di Indonesia. Fasilitas yang ada di UGM, adalah fasilitas terbaik. Oleh karena itu output yang ada juga lulusan terbaik.

B. SARAN
     Berdasarkan data yang terkumpul penulis menyarankan UGM lebih menyatukan visi UGM bagi setiap fakultas. Selain itu UGM perlu meinjau ulang persyaratan masuk UGM menjadi lebih fleksibel, yang bertujuan untuk menuju UGM sebagai Universitas Kerakyatan.

  
DAFTAR PUSTAKA

UGM, (2013), Universitas Gadjah Mada. Diakses tanggal 19 Januari 2013 di www.ugm.ac.id.